BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Psikeneurosis sering disebut dengan
istilah lain yakni neurosis atau gangguan emosi (emotional disorder). Penderita
psikoneurosis menunjukkan gejala yang sangat beragam, namu penderita dapat
dikatakan mengalami gangguan mental yang belum parah. Penderita mengalami gejolak dalam diri dan
hubungan sosial yang penuh pertentangan . tetapi disini penderita masih
memiliki hubungan dengan kehidupan nyata. Oleh karena itu mereka dapat memahami
dunia nyata sebagaimana orang normal memahaminya. Namun dalam menghadapi
tantangan kehidipan mereka sangat tidak bahagia dan mengalami kesukaran mental.
Penderitta psikoneurosis mengalami konflik dalam dirinya sendiri yang
menyebabkan mereka mengalami kecemasan dan ketakutan yang tidak pada tempatnya
atau tidak masuk akal. Phobia adalah termasuk kedalam psikoneurosis, tetapi
berbeda dengan ganguan kecemasan merata, gangguan fobia mengandung ketakutan yang cukup
spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat pada suatu
stimulus atau situasi yang menurut kebanyakan orang lain tidaklah sangat
berbahaya, disebut orang yang mempunyai fobia. Orang tersebut menyadari bahwa
ketakutannya itu tidak rasional tetapi ia tetap merasakan kecemasan (mulai dari serba salah yang amat
tinggi sampai panik) yang hanya dapat diredakan dengan menghindari benda atau
situasi yang menakutkan itu.
Sebagian besar kita takut pada
sesuatu : ular, tempat yang tinggi, angin kencang, dokter, sakit, luka, dan
kematian merupakan tujuah rasa takut yang paling umum yang dilaporkan oleh
orang-orang dewasa . tampaknya terdapat suatu kontinum antara rasa takut yang
umum dengan fobia , membuat perbedaan didiagnosis sebagai gangguan fobia
apabila rasa takut tersebut tidak sangat menggangu kehidupan individu
sehari-hari. Fobia sering terjadi pada masa anak-anak, karena disebabkan trauma
pada masa anak-anak dan mempunya pengaruh terhadap perkembangannya.
- Tujuan Penulisan
Secara umum tugas ini dibuat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Psikologi Abnormal, dan secara khusus tugas ini
dibuat untuk:
- Untuk menambah wawasan penulis
- Untuk memberikan wawasan kepada pembaca mengenai apa phobia itu sebenarnya.
- Untuk menambah kekreatifan mahasiswa.
- Rumusan Masalah
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang,
- Apa pengertian dari fobia tersebut?
- Apa sajakah bentuk dari fobia tersebut?
- Apa sajakah Jenis-jenis fobia tersebut?
- Apa penyebab fobia tersebut?
- Bagaimana cara mengatasinya?
- Dan bagaimana pengaruh fobia terhadap perkembangan anak?
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Fobia
Menurut Elida Prayitno (2009:13) mengatakan bahwa Fobia atau fobi
adalah suatu ketakutan yang tidak masuk akal namun penderita dapat menjelaskan
apa penyebab dan bagaimana cara mengatasi ketakutannya itu. Para penderita
fobia neurosis tidak menyadari apa yang mendasari apa yang mendasari perasaan
takutnya. Reaksi mereka terhadap ketakutan itu sangat hebat yang menyebabkan
penderita merasa sengsara. Jika para penderita menyadari sebab-sebab yang
mendasari dari ketakutan mereka itu, maka ketakutan mereka berkurang dan bahkan
dapat hilang.
Secara
umum, phobia adalah rasa ketakutan kuat (berlebihan) terhadap suatu benda,
situasi, atau kejadian, yang ditandai dengan keinginan untuk ngejauhin sesuatu
yang ditakuti itu. Kalau sudah parah,
penderitanya bisa terserang panik saat ngeliat hal yang dia takutin. Sesak
nafas, deg-degan, keringat dingin, gemetaran, bahkan sampai tidak bisa
menggerakkan badannya.
Menurut Atkitson (2005: 253)
mengatakan Istilah "phobia" berasal dari kata
"phobi" yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak
rasional; yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu
gangguan yang ditandai oleh ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap
suatu obyek atau situasi tertentu. Ciri psikis adalah rasa cemas/ panik,
tetapi tanpa dasar yang jelas, sedangkan ciri fisik misalnya : gemetar, jantung
berdebar-debar, terkadang disertai nafas tersengal-sengal.
B.
Bentuk-bentuk Fobia
Phobia dapat
dikelompokan secara garis besar dalam tiga bagian, yaitu :
1. Phobia sederhana atau spesifik (Phobia terhadap suatu
obyek/keadaan tertentu) seperti pada binatang, tempat tertutup, ketinggian, dan
lain lain.
2. Phobia sosial (Phobia terhadap pemaparan situasi sosial) seperti
takut jadi pusat perhatian, orang seperti ini senang menghindari tempat-tempat
ramai.
3. Phobia kompleks (Phobia terhadap tempat atau situasi ramai dan
terbuka misalnya di kendaraan umum/mall) orang seperti ini bisa saja takut
keluar rumah.
C. Jenis-jenis Fobia antara lain :
Takut Air – Hydrophobia,
Takut Agama – Theologicophobia,
Takut Alat Kelamin – Kolpophobia,
Takut Aliran Udara – Aerophobia,
Takut Alkohol – Potophobia,
Takut Amnesia – Amnesiphobia,
Takut Angin – Ancraophobia,
Takut Angka – Arithmophobia,
Takut Angka 13 - Triskaidekaphobia,
Takut Angka 8 – Octophobia,
Takut Anjing – Cynophobia,
Takut Anus – Rectophobia,
Takut Api – Arsonphobia,
Takut Awan – Nephophobia,
Takut Badut – Coulrophobia,
Takut Bangunan Tinggi – Batophobia,
Takut Bapak Tiri – Vitricophobia,
Takut Batu Nisan – Placophobia, ,
Takut Bayangan – Sciaphobia,
Takut Bebas – Eleutherophobia,
Takut Berbicara – Laliophobia,
Takut Bercinta – Malaxophobia,
Takut Bercinta – Sarmassophobia,
Takut Berdosa – Hamartophobia,
Takut Berfikir – Phronemophobia,
Takut Berita Baik – Euphobia,
Takut Berjalan – Stasibasiphobia,
Takut Berjanji – Enissophobia,
Takut Bersenggama – Coitophobia,
Takut Bertanggung Jawab –
Hypegiaphobia,
Takut Binatang – Zoophobia.
Takut Binatang Liar – Agrizoophobia,
Takut Binatang Melata –
Herpetophobia,
Takut Boneka – Pediophobia,
Takut Boneka Bersuara Perut –
Automatonophobia, ,,
Takut Cahaya – Photophobia,
Takut Cemburu – Zelophobia,
Takut Cermin – Catoptrophobia,
Takut Dagu – Geniophobia,
Takut Demam – Febriphobia,
Takut Demam – Fibriophobia,
Takut dengan Seks – Erotophobia,
Takut di Hipnotis – Hynophobia,
Takut Di pandang – Opthalmophobia,
Takut Diabaikan – Athazagoraphobia,
Takut Dibatasi – Merinthophobia,
Takut Dibenci – Melophobia,
Takut Dingin – Cheimaphobia,
Takut Dingin – Psychrophobia,
Takut Diracun – Toxicophobia,
Takut Dirampok – Harpaxophobia,
Takut Disentuh – Haphephobia,
Takut Disuntik – Trypanophobia,
Takut Ditatap – Scopophobia,
Takut Ditertawakan – Catagelophobia,
Takut Ditinggal Sendiri –
Eremophobia,
Takut Gagal – Atychiphobia,
Takut Gagap – Psellismophobia,
Takut Gelap – Achluophobia,
Takut Hamil – Tocophobia,
Takut Hantu – Bogyphobia,
Takut Hukuman – Poinephobia,
Takut Jadi Gila – Lysssophobia,
Takut Jadi Homoseks – Homophobia,
Takut Jatuh Cinta – Philophobia,
Takut Jelek – Cacophobia,
Takut Jomblo – Anuptaphobia,
Takut Kalah – Kakorrhaphiophobia,
Takut Kecelakaan – Dystychiphobia,
Takut Kegelapan – Myctophobia,
Takut Keramaian – Agoraphobia,
Takut Kesakitan – Agliophobia,
Takut Ketinggian – Altophobia,
Takut Ular – Ophidiophobia,
C. Penyebab Fobia
Menurut
Bagby dan Shafer (19) dalam Elida Prayitno (2009:14) mengemukakan penyebab
penderitaan fobia yaitu :
1. Pengalaman yang
menyakitkan atau menakutkan akan menimbulkan pengalaman traumatik. Pengalaman
yang sangat menyakitkan atau menakutkan yang menimbulkan trauma itu, biasanya
dialami pada masa kanak-kanak. Misalnya pengalaman traumatik yang berkaitan dengan
hal-hal yang memalukan atau peristiwa yang terlarang. Oleh karena itu penderita
menghindari pikiran atau ingatan berkenaan dengan peristiwa yang sangat
memalukan itu dan tidak ingin diketahui oleh orang lain. Pikiran atau ingatan
yang memlaukan itu disingkirkan oleh penderita dari kesadarannya dengan
menekannya kealam bawah sadarnya, sehingga dia lupa.
2. fobia muncul
karena perasaan bersalah atau berdosa yang sangat tinggi. Situasi yang
memalukan dicegah agar situasi itu tidak muncul dlam kesadaran. Namun ketakutan
atau fobia tidak akan muncul jika penderita memiliki memiliki hubungan yang harmonis, bahagia, aman dan damai dengan
orang tua semasa kanak-kanak dan setelah
berkeluarga dan menikah.
3. fobia terhadap
objek tertentu dapat menyebabkan pobia terhadap objek lain. Dengan kata lain
fobia dapat merembet kepada ketakutan kepada objek lainya.
4. Selain itu salah satu penyebab
fobia adalah Imajinasi yang berlebihan dapat juga menyebabkan phobia.
Analisa yang pertama karena adanya
faktor biologis di dalam tubuh, seperti meningkatnya aliran darah dan
metabolisme di otak. Bisa juga karena ada sesuatu yang nggak normal di struktur
otak. Tapi kebanyakan psikolog setuju, phobia lebih sering disebabkan oleh
kejadian traumatis kayak yang dialami Rachel Green tadi. Kabarnya nih, beberapa
hari setelah bom bali meledak para korbannya yang selamat, jadi phobia sama api
dan suara keras. Kejadian traumatis, seperti inilah yang jadi penyebab phobia
paling umum. Masih ada penyebab lainnya yang dianalisa oleh psikolog, yaitu
phobia juga bisa terjadi karena budaya. Seperti di Jepang, Cina dan Korea,
masyarakatnya takut banget sama angka 4 (tetraphobia) sedangkan di Italia takut
sama angka 17 yang dianggapnya angka sial, Memang tidak rasional, tapi
benar-benar terjadi.
C.
Cara mengatasi Fobia
- Hypnotheraphy:
Penderita phobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan phobia.
- Flooding: Exposure
Treatment yang ekstrim. Si penderita phobia yang ngeri kepada anjing (cynophobia),
dimasukkan ke dalam ruangan dengan beberapa ekor anjing jinak, sampai ia
tidak ketakutan lagi.
- Desentisisasi
Sistematis: Dilakukan exposure bersifat ringan. Si penderita phobia yang
takut akan anjing disuruh rileks dan membayangkan berada ditempat cagar
alam yang indah dimana si penderita didatangi oleh anjing-anjing lucu dan
jinak.
- Abreaksi: Si
penderita phobia yang takut pada anjing dibiasakan terlebih dahulu untuk
melihat gambar atau film tentang anjing, bila sudah dapat tenang baru
kemudian dilanjutkan dengan melihat objek yang sesungguhnya dari jauh dan
semakin dekat perlahan-lahan. Bila tidak ada halangan maka dapat
dilanjutkan dengan memegang anjing dan bila phobia-nya hilang mereka akan
dapat bermain-main dengan anjing. Memang sih bila phobia yang dikarenakan
pengalaman traumatis lebih sulit dihilangkan.
- Reframing: Penderita
phobia disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau dimana permulaannya
si penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu manusia baru
yang tidak takut lagi pada phobia-nya.
- Dengan hipnoterapi,
Anda akan dibimbing untuk menemukan penyebab fobianya, kemudian dilakukan
pembelajaran ulang atas peristiwa penyebab fobia tersebut. Dengan
pemahaman yang baru mengenai peristiwa traumatis tersebut, maka fobia akan
sembuh seketika dan tidak kambuh dalam waktu yang sangat lama atau bahkan selamanya.Banyak
penderita fobia yang enggan pergi ke para ahli untuk mengikuti terapi
karena takut harus bersinggungan dengan obyek yang ditakuti. Namun Anda
perlu tahu bahwa dalam hipnoterapi Anda tidak akan diminta berhadapan
dengan obyek yang Anda takuti kalau Anda masih merasa takut. Anda tidak
akan "dipaksa" untuk melawan rasa takut.
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Fobia terhadap Perkembangan Anak
Perlu kita ketahui bahwa phobia
sering disebabkan oleh faktor keturunan, lingkungan dan budaya.
Perubahan-perubahan yang terjadi diberbagai bidang sering tidak seiring dengan
laju perubahan yang terjadi di masyarakat, seperti dinamika dan mobilisasi
sosial yang sangat cepat naiknya, antara lain pengaruh pembangunan dalam segala
bidang dan pengaruh modernisasi, globalisasi, serta kemajuan dalam era
informasi. Dalam kenyataannya perubahan-perubahan yang terjadi ini masih
terlalu sedikit menjamah anak-anak sampai remaja. Seharusnya kualitas perubahan
anak-anak melalui proses bertumbuh dan berkembangnya harus diperhatikan sejak
dini khususnya ketika masih dalam periode pembentukan (formative period)
tipe kepribadian dasar (basic personality
type). Ini untuk memperoleh
generasi penerus yang berkualitas.
Berbagai ciri
kepribadian/karakterologis perlu mendapat perhatian khusus bagaimana lingkungan
hidup memungkinkan terjadinya proses pertumbuhan yang baik dan bagaimana
lingkungan hidup dengan sumber rangsangannya memberikan yang terbaik bagi
perkembangan anak, khususnya dalam keluarga.
Berbagai hal yang berhubungan dengan tugas, kewajiban, peranan orang tua, meliputi tokoh ibu dan ayah terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, masih sering kabur, samar-samar. Sampai saat ini masih belum jelas mengenai ciri khusus pola asuh (rearing practice) yang ideal bagi anak. Seperti umur berapa seorang anak sebaiknya mulai diajarkan membaca, menulis, sesuai dengan kematangan secara umum dan tidak memaksakan. Tujuan mendidik, menumbuhkan dan memperkembangkan anak adalah agar ketika dewasa dapat menunjukan adanya gambaran dan kualitas kepribadian yang matang (mature, wel-integrated) dan produktif baik bagi dirinya, keluarga maupun seluruh masyarakat. Peranan dan tanggung jawab orang tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah teramat penting.
Berbagai hal yang berhubungan dengan tugas, kewajiban, peranan orang tua, meliputi tokoh ibu dan ayah terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, masih sering kabur, samar-samar. Sampai saat ini masih belum jelas mengenai ciri khusus pola asuh (rearing practice) yang ideal bagi anak. Seperti umur berapa seorang anak sebaiknya mulai diajarkan membaca, menulis, sesuai dengan kematangan secara umum dan tidak memaksakan. Tujuan mendidik, menumbuhkan dan memperkembangkan anak adalah agar ketika dewasa dapat menunjukan adanya gambaran dan kualitas kepribadian yang matang (mature, wel-integrated) dan produktif baik bagi dirinya, keluarga maupun seluruh masyarakat. Peranan dan tanggung jawab orang tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah teramat penting.
Lingkungan hidup meliputi rumah,
sekolah dan lingkungan sosial, baik secara langsung maupun tak langsung
mempengaruhi anak. Lingkungan merupakan sumber stimulasi yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak. Kita semua memahami bahwa sejak
seorang anak dilahirkan, sejak saat itu ia peka terhadap berbagai rangsangan
dari lingkungan hidupnya, baik dalam arti sempit dalam keluarga, maupun dalam
arti luas dengan lingkungan alamnya, akan berpengaruh terhadap kehidupan
psikis.
Pada kenyataannya, seringkali dalam
keluarga dan lingkungan sekolah, yang seharusnya mendidik dan memberikan
pengaruh yang baik pada anak malah sebaliknya terjadi tindak kekerasan pada
anak (child abuse) baik fisik maupun psikis yang dilakukan orang
orangtua di keluarga atau guru di sekolah. Ini menjadi ancaman serius bagi
anak-anak. Kondisi tersebut harus segera diakhiri, sebab perlakuan kasar pada
anak berakibat anak juga akan bersikap kasar saat dewasa dan tidak bisa
memecahkan persoalan lewat dialog.
Saat ini memang belum ada studi
khusus mengenai kekerasan pada anak di sekolah dan rumah tangga. Diperkirakan
50-60% orangtua melakukan child abuse dalam berbagai bentuk. Bentuk child abuse
yang sering diterima anak, seperti dijewer, dipukul (deraan fisik) karena
anaknya yang dinilai tidak berprestasi di sekolah, kata-kata kasar (bodoh,
malas, kamu besok tidak bisa menjadi apa-apa) dan lain-lain. Ini sangat
memprihatinkan.
Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah pola pendidikan prasekolah bagi anak. Ini sangat penting, karena
pendidikan prasekolah merupakan ajang stimulasi sosial dan mental pada usia
dini lewat bermain dan berkawan. Namun, yang terjadi di hampir semua tempat,
anak-anak dijadikan robot-robot kecil yang harus menuruti kata pendidiknya atau
guru.
Pendidikan prasekolah (play group
dan taman kanak-kanak) sering keliru memberikan kurikulum yang sesuai dengan
usia anak. Pada umumnya lebih banyak memberi pelajaran membaca, menulis dan
berhitung yang membuat anak-anak yang dipaksa belajar terlalu dini yang nanti
berakibat anak menjadi school phobia.
Pakar psikologi banyak mengatakan kurikulum
pelajaran yang dikembangkan di Indonesia sering tidak berpihak kepada
perkembangan perilaku kecerdasan anak. Kurikulum terlalu padat dan cenderung
dijejalkan kepada anak yang seharusnya bisa dirangsang kreatifitasnya sesuai
potensi unggul yang dimilikinya. Perlu dipahami anak memiliki batas-batas
perkembangan kecerdasan, sehingga kalau dipaksakan menerima suatu pelajaran
yang tidak sesuai kreatifitasnya, maka bisa menimbulkan dampak buruk bagi si
anak. Akibatnya anak bisa stress dan tidak bahagia.
Dunia anak adalah dunia bermain
yang sangat indah baginya, oleh karena itu, dalam proses mendidik anak itu juga
harus dilakukan secara bermain dengan santai dan akrab. Jangan mendidik
anak-anak secara formal sebab itu bisa bertentangan perkembangan perilaku
kecerdasan anak. Pada dasarnya semua anak itu adalah cerdas. Jika anak tidak
pandai matematika tidak bisa dikatakan bodoh, tetapi ia cerdas di bidang lain
seperti bermain musik karena memang potensi unggulnya di bidang itu. Dan ini
bisa kita lihat mereka yang sukses itu adalah orang-orang yang cerdas di
bidangnya masing-masing. Jadi sebenarnya anak itu bukan tidak cerdas, tetapi
karena sistem pendidikan yang keliru kemudian berakibat pada school phobia pada
anak-anak.
B. Jenis-Jenis Fobia pada Anak.
Jenis-jenis phobia yang lainnya
diantaranya :
1. Ablutophobia = takut mandi
2. Anthrophobia = takut dengan
bunga
3. Arithmophobia = takut melihat
angka
4. Bibliophobia = takut membaca
buku
5. Bromidrosiphobia = pusing
mencium bau badan
6. Caligynephobia = tidak pede
bertemu wanita cantik
7. Catoptrophobia = takut melihat
bayangan di cermin
8. Chrometophobia = takut punya
uang
9. Chaetophobia = ngeri dengan
rambut
10. Chronomentrophobia = takut
dengan jam
11. Cibophobia = takut dengan
makanan
12. Geliophobia = seram mendengar
tertawa
13. Graphophobia = takut melihat
tulisan
14. heliophobia = takut matahari
15. Lachanophobia = takut makan
sayuran
16. Melophobia = Takut mendengar
musik
17. Ommetaphobia = takut melihat
mata
18. apyrophobia = takut dengan
kertas
19. Peladophobia = takut melihat
orang botak
20. Pluviophobia = takut dengan
hujan
21. Pogonophobia = takut dengan
jenggot
22. Scolionophobia = takut pergi ke
sekolah
23. Soceraphobia - takut dengan
mertua
24. Triskadekaphobia = takut dengan
angka 13
25. Vestiphobia = tidak mau pakai
baju
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara
umum, phobia adalah rasa ketakutan kuat (berlebihan) terhadap suatu benda,
situasi, atau kejadian, yang ditandai dengan keinginan untuk ngejauhin sesuatu
yang ditakuti itu. Kalau sudah parah,
penderitanya bisa terserang panik saat ngeliat hal yang dia takutin. Sesak
nafas, deg-degan, keringat dingin, gemetaran, bahkan sampai tidak bisa
menggerakkan badannya. Dan fobia sering terjadi pada anak-anak.
B.
Saran
- Hendaknya sebagai orang tua, guru, dan orang dewasa lainya kita bisa menandai fobia ini agar dapat diatasi secara cepat. Terutama bagi anak-anak orang para orang tua harus selalu tahu dengan gerak-gerik anak agar dapat memantau perkemabangan anaknya terhambat atau tidak.
- Selain itu hendaknya sering dilakukan penulisan makalah ini, karena dapat melatih kekratifan mahasiswa.
Daftar Pustaka
Atkiddson. 2005. Pengantar Psikologi. Jakarta; Erlangga.
Davidson. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta; Gravindo.
Elida Prayitno. 2009. Psikologi Abnormal. Padang; FIP UNP
Isywara Mahendratto. 2007. Psikologi Abnormal. Bandung; PT.
Cipta Karya.
Jefrfrey. 2003. Psikologi Abnormal. Jakrata; Erlangga.
http//www. 20 Mai 2008. Admin. Fobia. Org.psiAb.com.
http//www. 15 April 2007. Cara mengatasi fobia.
Org.blongspot.com
http//www.13 Juni 2008. Pengaruh
Fobia terhadap perkembangan anak. Andy.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar