Kamis, 14 November 2013

Makalah Phobia

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Psikeneurosis sering disebut dengan istilah lain yakni neurosis atau gangguan emosi (emotional disorder). Penderita psikoneurosis menunjukkan gejala yang sangat beragam, namu penderita dapat dikatakan mengalami gangguan mental yang belum parah.  Penderita mengalami gejolak dalam diri dan hubungan sosial yang penuh pertentangan . tetapi disini penderita masih memiliki hubungan dengan kehidupan nyata. Oleh karena itu mereka dapat memahami dunia nyata sebagaimana orang normal memahaminya. Namun dalam menghadapi tantangan kehidipan mereka sangat tidak bahagia dan mengalami kesukaran mental. Penderitta psikoneurosis mengalami konflik dalam dirinya sendiri yang menyebabkan mereka mengalami kecemasan dan ketakutan yang tidak pada tempatnya atau tidak masuk akal. Phobia adalah termasuk kedalam psikoneurosis, tetapi berbeda dengan ganguan kecemasan merata, gangguan  fobia mengandung ketakutan yang cukup spesifik. Seseorang yang bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat pada suatu stimulus atau situasi yang menurut kebanyakan orang lain tidaklah sangat berbahaya, disebut orang yang mempunyai fobia. Orang tersebut menyadari bahwa ketakutannya itu tidak rasional tetapi ia tetap merasakan  kecemasan (mulai dari serba salah yang amat tinggi sampai panik) yang hanya dapat diredakan dengan menghindari benda atau situasi yang menakutkan itu.
Sebagian besar kita takut pada sesuatu : ular, tempat yang tinggi, angin kencang, dokter, sakit, luka, dan kematian merupakan tujuah rasa takut yang paling umum yang dilaporkan oleh orang-orang dewasa . tampaknya terdapat suatu kontinum antara rasa takut yang umum dengan fobia , membuat perbedaan didiagnosis sebagai gangguan fobia apabila rasa takut tersebut tidak sangat menggangu kehidupan individu sehari-hari. Fobia sering terjadi pada masa anak-anak, karena disebabkan trauma pada masa anak-anak dan mempunya pengaruh terhadap perkembangannya.
  1. Tujuan Penulisan
Secara umum tugas ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Psikologi Abnormal, dan secara khusus tugas ini dibuat untuk:
    1. Untuk menambah wawasan penulis
    2. Untuk memberikan wawasan kepada pembaca mengenai apa phobia itu sebenarnya.
    3. Untuk menambah kekreatifan mahasiswa.
  1. Rumusan Masalah
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang,
    1. Apa pengertian dari fobia tersebut?
    2. Apa sajakah bentuk dari fobia tersebut?
    3. Apa sajakah Jenis-jenis fobia tersebut?
    4. Apa penyebab fobia tersebut?
    5. Bagaimana cara mengatasinya?
    6. Dan bagaimana pengaruh fobia terhadap perkembangan anak?
























BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pengertian Fobia
Menurut Elida Prayitno (2009:13) mengatakan bahwa Fobia atau fobi adalah suatu ketakutan yang tidak masuk akal namun penderita dapat menjelaskan apa penyebab dan bagaimana cara mengatasi ketakutannya itu. Para penderita fobia neurosis tidak menyadari apa yang mendasari apa yang mendasari perasaan takutnya. Reaksi mereka terhadap ketakutan itu sangat hebat yang menyebabkan penderita merasa sengsara. Jika para penderita menyadari sebab-sebab yang mendasari dari ketakutan mereka itu, maka ketakutan mereka berkurang dan bahkan dapat hilang.
            Secara umum, phobia adalah rasa ketakutan kuat (berlebihan) terhadap suatu benda, situasi, atau kejadian, yang ditandai dengan keinginan untuk ngejauhin sesuatu yang ditakuti itu. Kalau  sudah parah, penderitanya bisa terserang panik saat ngeliat hal yang dia takutin. Sesak nafas, deg-degan, keringat dingin, gemetaran, bahkan sampai tidak bisa menggerakkan badannya.
            Menurut Atkitson (2005: 253) mengatakan Istilah "phobia" berasal dari kata "phobi" yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional; yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang ditandai oleh ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek atau situasi tertentu. Ciri psikis adalah rasa cemas/ panik, tetapi tanpa dasar yang jelas, sedangkan ciri fisik misalnya : gemetar, jantung berdebar-debar, terkadang disertai nafas tersengal-sengal.
B.     Bentuk-bentuk Fobia
Phobia dapat dikelompokan secara garis besar dalam tiga bagian, yaitu :
1. Phobia sederhana atau spesifik (Phobia terhadap suatu obyek/keadaan tertentu) seperti pada binatang, tempat tertutup, ketinggian, dan lain lain.
2. Phobia sosial (Phobia terhadap pemaparan situasi sosial) seperti takut jadi pusat perhatian, orang seperti ini senang menghindari tempat-tempat ramai.
3. Phobia kompleks (Phobia terhadap tempat atau situasi ramai dan terbuka misalnya di kendaraan umum/mall) orang seperti ini bisa saja takut keluar rumah.

C. Jenis-jenis Fobia antara lain :
Takut Air – Hydrophobia,
Takut Agama – Theologicophobia,
Takut Alat Kelamin – Kolpophobia,
Takut Aliran Udara – Aerophobia,
Takut Alkohol – Potophobia,
Takut Amnesia – Amnesiphobia,
Takut Angin – Ancraophobia,
Takut Angka – Arithmophobia,
Takut Angka 13 - Triskaidekaphobia,
Takut Angka 8 – Octophobia,
Takut Anjing – Cynophobia,
Takut Anus – Rectophobia,
Takut Api – Arsonphobia,
Takut Awan – Nephophobia,
Takut Badut – Coulrophobia,
Takut Bangunan Tinggi – Batophobia,
Takut Bapak Tiri – Vitricophobia,
Takut Batu Nisan – Placophobia, ,
Takut Bayangan – Sciaphobia,
Takut Bebas – Eleutherophobia,
Takut Berbicara – Laliophobia,
Takut Bercinta – Malaxophobia,
Takut Bercinta – Sarmassophobia,
Takut Berdosa – Hamartophobia,
Takut Berfikir – Phronemophobia,
Takut Berita Baik – Euphobia,
Takut Berjalan – Stasibasiphobia,
Takut Berjanji – Enissophobia,
Takut Bersenggama – Coitophobia,
Takut Bertanggung Jawab – Hypegiaphobia,
Takut Binatang – Zoophobia.
Takut Binatang Liar – Agrizoophobia,
Takut Binatang Melata – Herpetophobia,
Takut Boneka – Pediophobia,
Takut Boneka Bersuara Perut – Automatonophobia, ,,
Takut Cahaya – Photophobia,
Takut Cemburu – Zelophobia,
Takut Cermin – Catoptrophobia,
Takut Dagu – Geniophobia,
Takut Demam – Febriphobia,
Takut Demam – Fibriophobia,
Takut dengan Seks – Erotophobia,
Takut di Hipnotis – Hynophobia,
Takut Di pandang – Opthalmophobia,
Takut Diabaikan – Athazagoraphobia,
Takut Dibatasi – Merinthophobia,
Takut Dibenci – Melophobia, 
Takut Dingin – Cheimaphobia,
Takut Dingin – Psychrophobia,
Takut Diracun – Toxicophobia,
Takut Dirampok – Harpaxophobia,
Takut Disentuh – Haphephobia,
Takut Disuntik – Trypanophobia,
Takut Ditatap – Scopophobia,
Takut Ditertawakan – Catagelophobia,
Takut Ditinggal Sendiri – Eremophobia,
Takut Gagal – Atychiphobia,
Takut Gagap – Psellismophobia,
Takut Gelap – Achluophobia,
Takut Hamil – Tocophobia,
Takut Hantu – Bogyphobia,
Takut Hukuman – Poinephobia,
Takut Jadi Gila – Lysssophobia,
Takut Jadi Homoseks – Homophobia,
Takut Jatuh Cinta – Philophobia,
Takut Jelek – Cacophobia,
Takut Jomblo – Anuptaphobia,
Takut Kalah – Kakorrhaphiophobia,
Takut Kecelakaan – Dystychiphobia,
Takut Kegelapan – Myctophobia,
Takut Keramaian – Agoraphobia,
Takut Kesakitan – Agliophobia,
Takut Ketinggian – Altophobia,
Takut Ular – Ophidiophobia,

C. Penyebab Fobia
      Menurut Bagby dan Shafer (19) dalam Elida Prayitno (2009:14) mengemukakan penyebab penderitaan fobia yaitu :
1. Pengalaman yang menyakitkan atau menakutkan akan menimbulkan pengalaman traumatik. Pengalaman yang sangat menyakitkan atau menakutkan yang menimbulkan trauma itu, biasanya dialami pada masa kanak-kanak. Misalnya pengalaman traumatik yang berkaitan dengan hal-hal yang memalukan atau peristiwa yang terlarang. Oleh karena itu penderita menghindari pikiran atau ingatan berkenaan dengan peristiwa yang sangat memalukan itu dan tidak ingin diketahui oleh orang lain. Pikiran atau ingatan yang memlaukan itu disingkirkan oleh penderita dari kesadarannya dengan menekannya kealam bawah sadarnya, sehingga dia lupa.
2. fobia muncul karena perasaan bersalah atau berdosa yang sangat tinggi. Situasi yang memalukan dicegah agar situasi itu tidak muncul dlam kesadaran. Namun ketakutan atau fobia tidak akan muncul jika penderita memiliki memiliki hubungan  yang harmonis, bahagia, aman dan damai dengan orang tua  semasa kanak-kanak dan setelah berkeluarga dan menikah.
3. fobia terhadap objek tertentu dapat menyebabkan pobia terhadap objek lain. Dengan kata lain fobia dapat merembet kepada ketakutan kepada objek lainya.
4. Selain itu salah satu penyebab fobia adalah Imajinasi yang berlebihan dapat juga menyebabkan phobia.
Analisa yang pertama karena adanya faktor biologis di dalam tubuh, seperti meningkatnya aliran darah dan metabolisme di otak. Bisa juga karena ada sesuatu yang nggak normal di struktur otak. Tapi kebanyakan psikolog setuju, phobia lebih sering disebabkan oleh kejadian traumatis kayak yang dialami Rachel Green tadi. Kabarnya nih, beberapa hari setelah bom bali meledak para korbannya yang selamat, jadi phobia sama api dan suara keras. Kejadian traumatis, seperti inilah yang jadi penyebab phobia paling umum. Masih ada penyebab lainnya yang dianalisa oleh psikolog, yaitu phobia juga bisa terjadi karena budaya. Seperti di Jepang, Cina dan Korea, masyarakatnya takut banget sama angka 4 (tetraphobia) sedangkan di Italia takut sama angka 17 yang dianggapnya angka sial, Memang tidak rasional, tapi benar-benar terjadi.

C.    Cara mengatasi Fobia
  • Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan phobia.
  • Flooding: Exposure Treatment yang ekstrim. Si penderita phobia yang ngeri kepada anjing (cynophobia), dimasukkan ke dalam ruangan dengan beberapa ekor anjing jinak, sampai ia tidak ketakutan lagi.
  • Desentisisasi Sistematis: Dilakukan exposure bersifat ringan. Si penderita phobia yang takut akan anjing disuruh rileks dan membayangkan berada ditempat cagar alam yang indah dimana si penderita didatangi oleh anjing-anjing lucu dan jinak.
  • Abreaksi: Si penderita phobia yang takut pada anjing dibiasakan terlebih dahulu untuk melihat gambar atau film tentang anjing, bila sudah dapat tenang baru kemudian dilanjutkan dengan melihat objek yang sesungguhnya dari jauh dan semakin dekat perlahan-lahan. Bila tidak ada halangan maka dapat dilanjutkan dengan memegang anjing dan bila phobia-nya hilang mereka akan dapat bermain-main dengan anjing. Memang sih bila phobia yang dikarenakan pengalaman traumatis lebih sulit dihilangkan.
  • Reframing: Penderita phobia disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau dimana permulaannya si penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu manusia baru yang tidak takut lagi pada phobia-nya.
  • Dengan hipnoterapi, Anda akan dibimbing untuk menemukan penyebab fobianya, kemudian dilakukan pembelajaran ulang atas peristiwa penyebab fobia tersebut. Dengan pemahaman yang baru mengenai peristiwa traumatis tersebut, maka fobia akan sembuh seketika dan tidak kambuh dalam waktu yang sangat lama atau bahkan selamanya.Banyak penderita fobia yang enggan pergi ke para ahli untuk mengikuti terapi karena takut harus bersinggungan dengan obyek yang ditakuti. Namun Anda perlu tahu bahwa dalam hipnoterapi Anda tidak akan diminta berhadapan dengan obyek yang Anda takuti kalau Anda masih merasa takut. Anda tidak akan "dipaksa" untuk melawan rasa takut.


BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Fobia terhadap Perkembangan Anak
Perlu kita ketahui bahwa phobia sering disebabkan oleh faktor keturunan, lingkungan dan budaya. Perubahan-perubahan yang terjadi diberbagai bidang sering tidak seiring dengan laju perubahan yang terjadi di masyarakat, seperti dinamika dan mobilisasi sosial yang sangat cepat naiknya, antara lain pengaruh pembangunan dalam segala bidang dan pengaruh modernisasi, globalisasi, serta kemajuan dalam era informasi. Dalam kenyataannya perubahan-perubahan yang terjadi ini masih terlalu sedikit menjamah anak-anak sampai remaja. Seharusnya kualitas perubahan anak-anak melalui proses bertumbuh dan berkembangnya harus diperhatikan sejak dini khususnya ketika masih dalam periode pembentukan (formative period) tipe kepribadian dasar (basic personality type). Ini untuk memperoleh generasi penerus yang berkualitas.
Berbagai ciri kepribadian/karakterologis perlu mendapat perhatian khusus bagaimana lingkungan hidup memungkinkan terjadinya proses pertumbuhan yang baik dan bagaimana lingkungan hidup dengan sumber rangsangannya memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak, khususnya dalam keluarga.
Berbagai hal yang berhubungan dengan tugas, kewajiban, peranan orang tua, meliputi tokoh ibu dan ayah terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, masih sering kabur, samar-samar. Sampai saat ini masih belum jelas mengenai ciri khusus pola asuh (rearing practice) yang ideal bagi anak. Seperti umur berapa seorang anak sebaiknya mulai diajarkan membaca, menulis, sesuai dengan kematangan secara umum dan tidak memaksakan. Tujuan mendidik, menumbuhkan dan memperkembangkan anak adalah agar ketika dewasa dapat menunjukan adanya gambaran dan kualitas kepribadian yang matang (mature, wel-integrated) dan produktif baik bagi dirinya, keluarga maupun seluruh masyarakat. Peranan dan tanggung jawab orang tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah teramat penting.
Lingkungan hidup meliputi rumah, sekolah dan lingkungan sosial, baik secara langsung maupun tak langsung mempengaruhi anak. Lingkungan merupakan sumber stimulasi yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak. Kita semua memahami bahwa sejak seorang anak dilahirkan, sejak saat itu ia peka terhadap berbagai rangsangan dari lingkungan hidupnya, baik dalam arti sempit dalam keluarga, maupun dalam arti luas dengan lingkungan alamnya, akan berpengaruh terhadap kehidupan psikis.
Pada kenyataannya, seringkali dalam keluarga dan lingkungan sekolah, yang seharusnya mendidik dan memberikan pengaruh yang baik pada anak malah sebaliknya terjadi tindak kekerasan pada anak (child abuse) baik fisik maupun psikis yang dilakukan orang orangtua di keluarga atau guru di sekolah. Ini menjadi ancaman serius bagi anak-anak. Kondisi tersebut harus segera diakhiri, sebab perlakuan kasar pada anak berakibat anak juga akan bersikap kasar saat dewasa dan tidak bisa memecahkan persoalan lewat dialog.
Saat ini memang belum ada studi khusus mengenai kekerasan pada anak di sekolah dan rumah tangga. Diperkirakan 50-60% orangtua melakukan child abuse dalam berbagai bentuk. Bentuk child abuse yang sering diterima anak, seperti dijewer, dipukul (deraan fisik) karena anaknya yang dinilai tidak berprestasi di sekolah, kata-kata kasar (bodoh, malas, kamu besok tidak bisa menjadi apa-apa) dan lain-lain. Ini sangat memprihatinkan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pola pendidikan prasekolah bagi anak. Ini sangat penting, karena pendidikan prasekolah merupakan ajang stimulasi sosial dan mental pada usia dini lewat bermain dan berkawan. Namun, yang terjadi di hampir semua tempat, anak-anak dijadikan robot-robot kecil yang harus menuruti kata pendidiknya atau guru.
Pendidikan prasekolah (play group dan taman kanak-kanak) sering keliru memberikan kurikulum yang sesuai dengan usia anak. Pada umumnya lebih banyak memberi pelajaran membaca, menulis dan berhitung yang membuat anak-anak yang dipaksa belajar terlalu dini yang nanti berakibat anak menjadi school phobia.
Pakar psikologi banyak mengatakan kurikulum pelajaran yang dikembangkan di Indonesia sering tidak berpihak kepada perkembangan perilaku kecerdasan anak. Kurikulum terlalu padat dan cenderung dijejalkan kepada anak yang seharusnya bisa dirangsang kreatifitasnya sesuai potensi unggul yang dimilikinya. Perlu dipahami anak memiliki batas-batas perkembangan kecerdasan, sehingga kalau dipaksakan menerima suatu pelajaran yang tidak sesuai kreatifitasnya, maka bisa menimbulkan dampak buruk bagi si anak. Akibatnya anak bisa stress dan tidak bahagia.
Dunia anak adalah dunia bermain yang sangat indah baginya, oleh karena itu, dalam proses mendidik anak itu juga harus dilakukan secara bermain dengan santai dan akrab. Jangan mendidik anak-anak secara formal sebab itu bisa bertentangan perkembangan perilaku kecerdasan anak. Pada dasarnya semua anak itu adalah cerdas. Jika anak tidak pandai matematika tidak bisa dikatakan bodoh, tetapi ia cerdas di bidang lain seperti bermain musik karena memang potensi unggulnya di bidang itu. Dan ini bisa kita lihat mereka yang sukses itu adalah orang-orang yang cerdas di bidangnya masing-masing. Jadi sebenarnya anak itu bukan tidak cerdas, tetapi karena sistem pendidikan yang keliru kemudian berakibat pada school phobia pada anak-anak.
B. Jenis-Jenis Fobia pada Anak.
Jenis-jenis phobia yang lainnya diantaranya :
1. Ablutophobia = takut mandi
2. Anthrophobia = takut dengan bunga
3. Arithmophobia = takut melihat angka
4. Bibliophobia = takut membaca buku
5. Bromidrosiphobia = pusing mencium bau badan
6. Caligynephobia = tidak pede bertemu wanita cantik
7. Catoptrophobia = takut melihat bayangan di cermin
8. Chrometophobia = takut punya uang
9. Chaetophobia = ngeri dengan rambut
10. Chronomentrophobia = takut dengan jam
11. Cibophobia = takut dengan makanan
12. Geliophobia = seram mendengar tertawa
13. Graphophobia = takut melihat tulisan
14. heliophobia = takut matahari
15. Lachanophobia = takut makan sayuran
16. Melophobia = Takut mendengar musik
17. Ommetaphobia = takut melihat mata
18. apyrophobia = takut dengan kertas
19. Peladophobia = takut melihat orang botak
20. Pluviophobia = takut dengan hujan
21. Pogonophobia = takut dengan jenggot
22. Scolionophobia = takut pergi ke sekolah
23. Soceraphobia - takut dengan mertua
24. Triskadekaphobia = takut dengan angka 13
25. Vestiphobia = tidak mau pakai baju









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Secara umum, phobia adalah rasa ketakutan kuat (berlebihan) terhadap suatu benda, situasi, atau kejadian, yang ditandai dengan keinginan untuk ngejauhin sesuatu yang ditakuti itu. Kalau  sudah parah, penderitanya bisa terserang panik saat ngeliat hal yang dia takutin. Sesak nafas, deg-degan, keringat dingin, gemetaran, bahkan sampai tidak bisa menggerakkan badannya. Dan fobia sering terjadi pada anak-anak.
B.     Saran
  1. Hendaknya sebagai orang tua, guru, dan orang dewasa lainya kita bisa menandai fobia ini agar dapat diatasi secara cepat. Terutama bagi anak-anak orang para orang tua harus selalu tahu dengan gerak-gerik anak agar dapat memantau perkemabangan anaknya terhambat atau tidak.
  2. Selain itu hendaknya sering dilakukan penulisan makalah ini, karena dapat melatih kekratifan mahasiswa.










Daftar Pustaka

Atkiddson. 2005. Pengantar Psikologi. Jakarta; Erlangga.
Davidson. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta; Gravindo.
Elida Prayitno. 2009. Psikologi Abnormal. Padang; FIP UNP
Isywara Mahendratto. 2007. Psikologi Abnormal. Bandung; PT. Cipta Karya.
Jefrfrey. 2003. Psikologi Abnormal. Jakrata; Erlangga.
http//www. 20 Mai 2008. Admin. Fobia. Org.psiAb.com.
http//www. 15 April 2007. Cara mengatasi fobia. Org.blongspot.com
http//www.13 Juni 2008. Pengaruh Fobia terhadap perkembangan anak. Andy.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar