Ya allah hari ini hampir saja
bulir air mataku tumpah,
XI IPS B, Oskardianus Raja, Protasius, Abu
Bekar Sualdin, dan Agustinus Tibo.
Aku tidak akan pernah tau kalau
seandainya aku pergi dari sini selamanya, aku mencemaskan mereka, siapakah yang
akan berusaha mengingatkan mereka pada nantinya, siapakah yang masih mengganggap
kalau mereka semua itu murid yang punya potensi, siapakah??siapakah??
Aku lihat mereka dan aku tatap
mereka dengan tatapan yang sayu, ingin aku memeluk mereka, ayo sayang mari
berubah, mungkin hanya ibu disini yang begitu peduli dengan kalian bertiga,
ibu ingin kalian itu menjadi sesorang yang dapat diperhitungkan, yang ketika
kalian pergi dan dikenang itu adalah kebaikan kalian.
Tidakkah kalian punya impian,
tidakah kalian punya cita-cita, ayo jangan hanya jadi seonggok daging yang
punya nama saja, tapi jadilah manusia ketika kita tiadapun akan masih tetap
dikenang.
Hari itu pagi di smansa
wolowaru, memang kamis ini aku selalu
datang lebih awal karena ada kelas pagi yakni di kelas XI IPS B, yakni kelas
yang di dalamnya aku sangat bekerja keras, bekerja keras agar mereka mengganggap
aku itu ada, menganggap bahwa mereka itu adalah oksigen dari timur.
Tidak seperti biasanya, kali ini
yang aku suruh untuk membaca do’a adalah Protasius yang merupakan siswa
laki-laki yang sering menyela ucapan guru-guru begitu juga hari ini dia mengaku
kalo satu kelas telah membaca do’a. Aku
tau dia bohong.... yang aku bisa cuma
tersenyum, dan lansung menyuruhnya untuk mempimpin do’a.
Setelah selesai berdo’a,
protasius kataku,
Iya bu??
Apa isi do’amu barusan, ibu ingin
tahu...
Seperti kebiasaan siswa disini
mereka mulai menggaruk-garuk kepalanya, entah apa yang gatal, atau mungkin
mereka berketombe atau punya kutu, tapi aku lihat kepala mereka bersih. Ya tapi
seperti itulah budaya bagis siswa laki-laki disana, bisa disebut tradisi ya,
dimana setiap siswa laki-laki kalau dalam keadaan malu, grogi, atau apalah
namanya selalu menggaruk-garuk tangan mereka...
Kembali lagi dengan protasius...
Ayo apa protasius, apa isi do’a
kamu, ibu ingin tau...
mmmmmmmmm..... (dengan penuh
ledekan teman-temannya)
mmmmmmmmmm “ ya Tuhan berikanlah
kelapangan fikiran dan hatiku untuk mengikuti pelajaran hari ini, dimana
pelajaran yang akan bisa menuntunku ke masa depanku dan menggapai cita-citaku
agar aku tidak menjadi seonggok daging yang punya nama saja”
lalu aku terdiam sejenak, mata ku
lansung berkaca-kaca,, upss tunggu dulu aku tidak boleh terlihat melow di
hadapan mereka, aku pun menelan air ludahku agar kaca-kaca itu tidak menjadi
anak sungai dikelopak mataku...
semua hening mendengar do’anya
protasisus, ternyata bukan hanya aku saja yang terharu tetapi siswa juga yang
lain terharu mendengarkannya juga...
kemudian aku tersenyum kepada
mereka, senyum yang tak pernah berhenti sampai materi di mulai
merekapun sampai heran melihat
senyumku...
dalam senyumku banyak tulisan
yang mengalir dipikiranku, ya allah ternyata selama ini ia sangat merekam
kata-kataku padahal di dalam kelas ia super aktif (super ngomong, super
pindah-pindah tempat duduk, pokoknya super semua deh) seperti protasius pun
mempunyai do’a yang sederhana tapi bisa membuat mataku berkaca-kaca, dan kelas
hening. Hari ini aku mendapatkan pelajaran berarti dari mereka, karena bagiku
belajar itu bukan hanya dari guru ke siswa tetapi juga bisa sebaliknya,
ternyata di balik kenakalan mereka terselip harapan yang begitu besar yang
sanggup mereka sampaikan hanya dalam do’a.
Aku melihat keatas, berdo’a ya
ALLAh kabulkankan do’a nya dan mereka.
Dan aku akan merindukan hari ni
XI IPS B....
Subhanallah... memang anak nakal tak selamanya negatif.. nakal bukan berarti tak bisa berprestasi..nakal bukan berarti mereka tidak peduli dengan kita..setiap guru memiliki cara untuk mendidik siswanya dan setiap siswa pun memiliki cara untuk belajar.
BalasHapus