BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Memasuki era pasar bebas segenap individu dihadapkan
kepada berbagai harapan dan kesempatan untuk mencapai kemajuan di masa yang
akan datang. Di sisi lain tantangan dan tuntutan hidup juga semakin kompleks yang dapat menimbulkan
berbagai permasalahan individu dan kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Dalam hal ini Rochman Natawidjaja (1967:7) berpendapat bahwa kehidupan moderen
menimbulkan berbagai harapan kemajuan
dan juga menimbulkan permasalahan yang sangat rumit bagi individu dalam memenuhi kebutuhan pada
kehidupan yang moderen.
Dalam kemajuan tersebut terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
mengakibatkan munculnya berbagai kebutuhan pada individu. Jika individu tersebut dapat memenuhi kebutuhannya
dengan baik maka akan membawa kepuasaan dalam dirinya begitu juga sebaliknya.
Siswa di
sekolah
juga tidak terlepas dari persoalan dan permasalahan akibat tuntutan zaman yang
semakin kompleks. Permasalahan mereka alami di sekolah seringkali tidak
terelakan, karena sumber-sumber bukan hanya berasal dari sekolah saja tetapi
juga dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggal.
1
|
1
|
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:4) yang menyatakan bahwa pelayanan
konseling merupakan suatu bentuk bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok dan perkembangan secara optimal, dalam bidang pengembangan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir,
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sesuai dengan SK Mendikbud No.025/0/1995 tentang pelayanan
BK di sekolah dapat dilaksanakan
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung. Jenis layanan bimbingan dan konseling yaitu layanan
orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan
penguasaan kontens, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok,
layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, layanan mediasi. Sementara itu
untuk mendukung terlaksananya berbagai jenis layanan BK tersebut diperlukan
sejumlah kegiatan pendukung, diantaranya aplikasi instrurmentasi, himpunan
data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan, dan alih tangan
kasus.
Menurut Prayitno dan Erman
Anti (1999:315) menyatakan bahwa selain komunikasi verbal, kegiatan pendukung
juga diperlukan untuk memperoleh berbagai data, keterangan dan informasi,
terutama tentang klien dan lingkungannya. Salah satu bentuk kegiatan yang mendukung layanan BK tersebut adalah
kunjungan rumah atau “Home Visit”. Yusuf Gunawan (1992:237) menyatakan bahwa perlunya dilaksanakan kunjungan
rumah, adalah sebagai berikut; (1) jika
permasalahan yang dihadapi siswa ada sangkut pautnya dengan masalah keluarga,
(2) keluarga sebagai salah satu sumber data yang dapat dipercaya tentang
keadaan siswa, (3) dalam kegiatan bimbingan diperlukan kerjasama antara guru BK
dengan orang tua, (4) faktor situasi keluarga memegang peranan penting terhadap
perkembangan dan kesejahteraan anak.
Selain itu menurut Ikatan Konselor
Indonesia (dalam www. Konselor.org, 2010:1) menyatakan bahwa alasan guru BK
menggunakan kunjungan rumah sebagai alternatif pemecahan permasalahan yang
terjadi pada siswa, adalah:
1.
Hanya
sebagian kecil waktu anak di sekolah dan selebihnya berada di rumah. Untuk
melengkapi pengalaman membimbing tentang seseorang perlu mengetahui kehidupan
keluarga dimana anak itu tinggal dan banyak melakukan kegiatan sesudah pulang
sekolah.
2.
Tidak
sedikit masalah yang timbul di sekolah, berasal dari rumah.
Berdasarkan dari teori di atas
maka pelaksanaan
kunjungan rumah bertolak dari
permasalahan siswa di sekolah
yang disebabkan kondisi/keadaan serta lingkungan rumah yang kurang baik. Semua
masalah yang dialami siswa dapat menghambat proses belajar dan menimbulkan berbagai masalah bagi diri
siswa. Bersarkan
hasil wawancara dengan guru BK di SMA N 3 Payakumbuh menyatakan bahwa beberapa
masalah yang dialami oleh siswa sehingga
perlu diadakannya kunjungan rumah adalah:
1.
Siswa
yang malas belajar atau tidak masuk sampai batas ketentuan yang diatur oleh
sekolah.
2.
Seringnya siswa tidak hadir ke sekolah
tanpa memberikan keterangan kepada sekolah.
3.
Kurangnya disiplin siswa dalam memenuhi peraturan sekolah seperti terlambat, cabut
dan sering tidak membuat tugas sekolah.
4.
Keadaan keluarga yang brokent home, berdasarkan
data yang dimiliki oleh guru BK, rata-rata dalam satu kelas
terdapat 3
sampai 5 orang
siswa yang memiliki keluarga broken home disetiap sekolah, sehingga mengganggu kehidupan
efektif sehari-hari siswa tersebut yang berdampak pada hasil belajar siswa
tersebut.
5.
Orang tua yang terlalu sibuk dengan
urusannya sendiri, sehingga tidak memperhatikan anaknya yang berprestasi rendah.
6.
Lingkungan sekitar tempat tinggal siswa
yang kurang kondusif bagi pergaulan remaja. Hai ini kurang menguntungkan dalam
perkembangan jiwa siswa yang dalam masa peralihan dari masa remaja ke masa
dewasa.
Semua permasalahan yang dialami siswa tersebut di
atas merupakan faktor penyebab utama terjadinya
konflik pergaulan dengan orang lain, kurangnya motivasi belajar dan
mudah terbawa kepada pergaulan bebas. Dalam hal ini Abu Ahmadi (1992:248)
menyatakan bahwa kejahatan-kejahatan dan kelakuan-kelakuan yang tidak
senonoh dari anak kebanyakan berasal
dari keluarga yang tidak harmonis dan
pengaruh
buruk dari lingkungan masyarakatnya.
Menurut Slameto (1988:52) menyatakan bahwa lingkungan
rumah sebagai tempat pendidikan pertama bagi siswa hendaklah dapat memberikan
peranan yang baik untuk perkembangannya. Pada Kenyataanya, disadari masih banyak
keluarga atau lingkungan rumah yang bermasalah sehingga menimbulkan permasalahan
bagi siswa terutama dalam
proses belajar di sekolah.
Berdasarkan pendapat di atas
dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang dialami siswa yang berkaitan dengan kondisi keluarga siswa
perlu diadakan pelaksanaan kunjungan rumah
oleh guru BK untuk melihat sendiri kondisi keluarga atau
lingkungan rumah siswa. Pelayanan BK di
sekolah dengan “ Pola 17 plus
BK
di sekolah” menunjukan pelaksanaan kunjungan rumah sebagai salah satu
kegiatan pendukung yang memberikan
kontribusi guna memahami dan mengentaskan permasalahan siswa. Artinya melalui
pelaksanaan kunjungan rumah guru
BK dapat memberikan bantuan untuk memecahkan
permasalahan siswa yang berkaitan dengan kondisi rumah dan lingkungan secara
lebih tepat sehingga permasalahan siswa tersebut dapat terentaskan.
Menurut Tim Pengembangan
Materi BK PPPG Keguruan Jakarta (2000:18) mengatakan bahwa hasil yang
diharapkan dari kunjungan rumah yang sukses ialah apabila guru BK memperoleh
data atau keterangan tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah siswa
dan memperoleh komitmen yang kuat dari orang tua dan anggota keluarga lainnya
untuk memecahkan masalah tersebut.
Berdasarkan hasil observasi
penulis di SMA dan SMK Negeri kota Payakumbuh, Semua guru BK di SMA dan SMK
Negeri Payakumbuh telah pernah melaksanakan kunjungan rumah. Berikut
keterangannya:
Tabel 1. Daftar Guru yang telah melaksanakan kunjungan
rumah.
NO
|
SLTA
|
Jumlah Guru BK
|
Kunjungan rumah
|
1
|
SMA N 1 Payakumbuh
|
6 Orang
|
12 kali
|
2
|
SMA N 2 Payakumbuh
|
7 Orang
|
10 kali
|
3
|
SMA N 3 Payakumbuh
|
5 Orang
|
15 kali
|
4
|
SMK N 1 Payakumbuh
|
5 Orang
|
7 kali
|
5
|
SMK N 2 Payakumbuh
|
4 Orang
|
8 kali
|
6
|
SMK N 3 Payakumbuh
|
3 Orang
|
9 kali
|
Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru
BK
SMA N 3 Payakumbuh selama 3 hari pada tanggal 17, 18, dan 20 Desember 2010 diperoleh keterangan
bahwa
guru BK mengalami permasalahan
dalam melaksanakan kunjungan rumah, di
dalam pelaksanaan kunjungan rumah guru BK sering mengalami permasalahan
sehingga hasil dari kunjungan rumah tersebut menjadi tidak maksimal padahal
sebenarnya kunjungan rumah sangat penting dilakukan untuk melengkapi data dalam
rangka mengentaskan permasalahan yang terjadi pada siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang
telah di lakukan permasalahan yang di alami guru BK dalam melaksanakan
kunjungan rumah, antara lain :
1.
Guru
BK mengalami permasalahan dalam persiapan yang di lakukan dalam melaksanakan
kunjungan rumah. Kunjungan rumah sering di lakukan secara mendadak ke rumah
siswa-siswa tersebut serta kunjungan rumah sering di lakukan tanpa seizin siswa
dan sering di lakukan tanpa memberikan surat terlebih dahulu kepada orang tua
siswa.
2.
Dalam
melaksanakan kunjungan rumah guru BK sering di lakukan tanpa membawa format
kunjungan rumah, sehingga dalam pelaksanaan kunjungan rumah data dan keterangan
yang diperoleh dari orang tua tidak di masukan ke dalam format kunjungan rumah.
3.
Hasil
dari kunjungan rumah jarang ditindak lanjuti, sehingga setelah melaksanakan
kunjungan rumah guru BK jarang menindak lanjuti permasalahan siswa ke dalam
layanan- layanan bimbingan dan konseling.
Berdassarkan
fenomena-fenomena diatas, penulis ingin meneliti tentang “Pelaksanaan dan
tindak lanjut Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelaksanaan Kunjungan Rumah”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah
yang telah dikemukakan sebelumnya rumusan masalah yang akan penulis teliti adalah
“Bagaimanakah pelaksanaan dan tindak lanjut guru BK dalam melaksanakan
kunjungan rumah”.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih
fokus, maka masalah dibatasi sebagai berikut:
1.
Pelaksanaan
kunjungan rumah oleh guru BK
2.
Tindak
Lanjut kunjungan rumah oleh guru BK
D.
Asumsi Dasar
Penelitian
ini berangkat dari asumsi sebagai berikut :
1. Permasalahan yang dialami siswa yang berkaitan dengan kondisi keluarga perlu diadakan pelaksanaan kunjungan
rumah oleh guru BK
untuk melihat sendiri kondisi keluarga atau lingkungan rumah siswa.
2. Pelaksanaan kunjungan rumah guru BK dapat memberikan bantuan untuk memecahkan
permasalahan siswa yang berkaitan dengan kondisi rumah dan lingkungan secara
lebih tepat sehingga permasalahan siswa tersebut dapat terentaskan.
E.
Pertanyaan
Penelitian
Untuk
mendapatkan informasi yang diharapkan dalam penelitian secara garis besarnya
peneliti membuat pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana Pelaksanaan kunjungan rumah oleh guru BK
2.
Bagaimana
tindak lanjut dari kunjungan rumah oleh guru BK
F. Tujuan Penelitian
Berdasarakan
permasalahan
yang telah dikekemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan :
1.
Pelaksanaan
kunjungan rumah oleh guru BK
2.
Tindak
lanjut dari guru BK setelah melaksanakan kunjungan rumah
G. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dan berguna bagi aspek berikut
ini :
1.
Sebagai
bahan masukan
bagi guru BK
di sekolah dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling khususnya kegiatan kunjungan rumah, agar kegiatan
tersebut dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
2.
Sebagai
bahan masukan bagi kepala sekolah, agar bisa memotivasi guru BK dalam
melaksanakan kunjungan rumah.
3.
Sebagai bahan acuan pagi penelitian lain terutama yang meneliti bidang bimbingan
dan konseling.
Khususnya tentang kegiatan kunjungan rumah.
4.
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
tentang bimbingan dan konseling, khususnya kegaitan pendukung seperti kunjungan rumah yang menunjang usaha pengentasan masalah
siswa sehingga ia dapat berkembang secara maksimal.
5.
sebagai
bahan acuan bagi peneliti sendiri agar terhindar dari permasalahan ketika
melaksanakan kegiatan kunjungan rumah pada nantinya.
H.
Penjelasan Istilah
1.
Pelaksanaan
Menurut Aip Syaipuddin (1999:636) “ pelaksanaan adalah
proses melakukan suatu perbuatan, cara mengerjakan/ beraktifitas : bahasa
sumber dan bahasa sasaran. Jadi pelaksanan yang dimaksud di sini adalah proses
aktivitas kunjungan rumah yang dilakukan oleh guru BK.
2. Tindak
Lanjut
Menurut Aip Syaipudin (1999:496) mengatakan bahwa
tindak lanjut adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah melaksanakan/
mengerjakan sesuatu aktifitas. Jadi tindak lanjut disini maksudnya adalah suatu
tindakan yang di lakukan oleh guru BK setelah melaksanakan kunjungan rumah.
3. Kunjungan
Rumah
Menurut
Tim Pengembangan Materi BK PPPG Keguruan Jakarta (2000:14) mengatakan bahwa
kunjungan rumah merupakan salah satu kegiatan pendukung yang diadakan untuk
memahami diri siswa yang bermasalah secara lebih lengkap di dalam proses
pemberian bantuan melalui jenis layanan bimbingan dan konseling.
BAB
II
KAJIAN TEORI
A.
Kunjungan
rumah
1. Pengertian
dan Kaitannya
dengan Permasalahan
Siswa
Kunjungan merupakan salah satu layanan pendukung dari
kegiatan bimbingan dan konseling yang
dilakukan guru BK dengan mengunjungi orang tua/ tempat tinggal siswa. Kunjungan
rumah menurut Prayitno (2006:2) merupakan upaya untuk mendeteksi kondisi
keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan anak atau individu yang menjadi tanggung jawab konselor
dalam pelayanan konseling. Dengan kegiatan pendukung akan diperoleh berbagai
informasi atau data yang dapat digunakan untuk lebih mengefektifkan layanan
konseling dan dapat mendorong partisipasi orang tua (dan anggota keluarga
lainnya) untuk sebesar-besarnya memenuhi
kebutuhan anak atau individu yang bermasalah.
Senada
dengan hal tersebut Tanthawi (1995:47)
mengatakan bahwa kunjungan rumah, yaitu kegiatan untuk memperoleh data,
keterangan, dan kemudahan bagi terentaskannya permasalahan siswa melalui
kunjungan ke rumah siswa. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari
orang tua dan siswa. Kunjungan rumah
dilakukan setelah siswa memahami dan menyetujui kegiatan tersebut.
12
|
13
|
Berdasarkan
pendapat di atas maka dapat
didimpulkan bahwa pelaksanaan kunjungan rumah yang
dilakukan guru BK
adalah untuk mendapatkan data/keterangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
siswa, seperti kondisi rumah tangga, orang tua, fasilitas belajar, hubungan antar anggota keluarga, sikap dan kebiasaan serta berbagai pendapat orang
tua dan anggota rumah dilakukan oleh beberapa keluarga lainnya terhadap siswa.
Pada
tahun lima puluhan pelaksanaan kunjungan rumah dilakukan oleh beberapa staf
sekolah yang tujuannya untuk mendapatkan informasi yang sangat berguna bagi
guru kelas. Dalam hal ini Barr (1954:238)
menyatakan :
Home visit are
made as part ot the work of some members of the school staff. The home visitor, the school nurse, the school
physician, and the secondary school level agriculture and home economics
teacher are expected to make visit to the homes of the are students as a
routine part of the school procedure.
All the individuals mention may provide valuable information for classroom
teacher.
Kutipan diatas menyatakan bahwa
kunjungan rumah dilakukan sebagai bagian
dari kerja reguler beberapa staf sekolah, seperti pengunjung rumah,
perawat sekolah, dokter sekolah, dan petugas presensi (kehadiran) yang bisa
mengunjungi rumah siswa sepanjang tahun ajaran. Semua staf yang melakukan
kunjungan rumah akan memberikan informasinya yang sangat berharga kepada guru
kelas.
Pengertian di atas dapat diketahui bahwa kunjungan rumah
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua staf sekolah untuk mendapatkan
informasi langsung mengenai keberadaan siswa dan informasi itu sangat berguna
bagi guru kelas atau guru BK
dalam memahami permasalahan siswa.
Di dalam pelaksaaan kunjungan rumah
hendaklah dilakukan oleh guru BK yang telah dilatih secara profesional.
Sebagaimana Jane Warters (dalam
Thantawi, 2003:45) menyatakan “home visit are most likely to be effective when made by a professionally
visiting teacher”. Dengan profesionalisme yang dimiliki guru BK pelaksanaan kunjungan rumah akan mempermudah mendapatkan data atau
keterangan siswa, sehingga guru BK dapat memberikan bantuan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi siswa.
Siswa yang mengalami permasalahan dengan
keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya mempengaruhi prestasi belajar, baik itu permasalahan diri
pribadi, sosial, belajar dan karir. Permasalahan tersebut akan berkembang
pada kepada permasalahan pribadi dan kelompok.
Dalam Hal ini Djumhur dan Surya (1975:107)
menyatakan permasalahan siswa dapat dilihat dari individu (personal/pribadi)
dan kelompok, sehingga ada jenis bimbingan individual (counseling) dan jenis bimbingan kelompok.
Konseling pribadi dan konseling kelompok
merupakan layanan BK yang dilakukan guru BK dalam memahami permasalahan.
Permasalahan siswa dapat dilihat dari mana masalah itu datang, baik itu dari
hubungan dalam keluarga dan situasi keluarga. Masalah keluarga dan situasi
keluarga dapat mempengaruhi siswa di sekolah dalam hal konsentrasi belajar dan aktivitas sekolah,
sehingga mengakibatkan turunnya prestasi belajar siswa.
Banyaknya permasalahan yang dihadapi
siswa diharapkan siswa dapat mengelola dirinya secara baik sehingga ia dapat keluar dari kemelut
permasalahannya. Sebagaimana yang dinyatakan A. Muri Yusuf (2002:22) dalam
kondisi yang bagaimanapun, titik pangkal keberhasilan atau dapat keluar dari
kemelut yang dihadapi adalah diri anda sendiri.
Dari pendapat ini dapat dipahami bahwa yang menyelesaikan permasalahan
yang dialami siswa adalah dirinya sendiri. Disinilah diharapkan guru BK
dapat berperan serta dalam memberikan bimbingan kepada siswa, sehingga
timbul dalam diri untuk keluar dari permasalahan yang dialaminya.
Menurut Prayitno
(1997:15) membagi jenis-jenis masalah
dapat dilihat dari (1) masalah jasmani
dan kesehatan, (2) masalah pribadi, (3) masalah hubungan sosial, (4) masalah
ekonomi dan keuangan, (5) masalah karir dan pekerjaan, (6) masalah pendidikan
dan pengajaran, (7) masalah agama, nilai, dan moral, (9) masalah keadaan dan hubungan dalam
keluarga, (10) masalah waktu senggang.
Jenis-jenis masalah satu dengan masalah
yang lainnya. Misalnya, siswa siswa mengalami kesulitan dalam pengajaran tentu
akan berpengaruh kepada masalah-masalah
lain seperti, sosial, pendidikan, pribadi, dan pekerjaan. Setiap jenis masalah
membutuhkan cara dan jenis bimbingan tertentu.
Dari
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya
permasalahan yang dihadapi siswa,
menurut guru BK
harus dapat memahami dan mengentasi permasalahan. Salah satu usaha adalah
dengan melakukan kunjungan rumah untuk mendapatkan data, keterangan, dan
informasi yang berguna dalam memahami dan mengentaskan masalah siswa.
Permasalahan siswa yang dialami siswa
tidak semuanya memerlukan kunjungan
rumah, hanya permasalahan yang membutuhkan pemahaman lebih jauh tentang suasana
rumah atau keluarga, sesuai dengan pernyataan Prayitno dan Erman Amti (1999:32) bahwa permasalahan siswa
menyangkut kadar yang cukup kuat peranan
rumah atau keluarga saja yang memerlukan kunjungan rumah.
Hal ini
bukan berarti pelaksanaan kunjungan rumah tidak penting untuk
dilaksanakan tetapi malah sebaliknya, pelaksanaan ini sangat bermanfaat bagi
siswa mengingat lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan
dirinya. Sebagaimana dinyatakan Rochman Natawijaya (1979: 20) keluarga mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam perkembangan diri
individu yang dapat dilihat dari 1) status sosial ekonomi, keadaan ini
mempunyai peranan terhadap tingkah laku
anak, 2) keutuhan keluarga, ketidak utuhan keluarga, ketidakutuhan keluarga
akan memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan kecakapan di sekolah
atau tingkah laku sosialnya, 3) sikap otoriter, demokratis, dan selalu melindungi
atau memanjakan anaknya semua sikap ini akan mempengaruhi kepribadian anak.
2. Tujuan
Kunjungan Rumah
Tujuan
dapat diartikan sesuatu yang ingin dicapai begitu pula dengan tujuan kunjungan
rumah. Winkel (1991:264)
menyatakan bahwa kunjungan rumah bertujan agar guru BK lebih mengenal lingkungan hidup
siswa sehari-hari, khususnya bila informasi yang dibutuhkan tidak dapat
diperoleh melalui angket atau wawancara.
Pernyataan ini ditunjukan bahwa kunjungan rumah tersebut dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang siswa serta keadaanya dirumah dan tempat
tinggalnya apabila tidak diperoleh melalui angket ataupun wawancara terhadap
siswa di sekolah.
Menurut
Thantawi (1995:47) menyatakan beberapa tujuan dari kunjungan rumah, yakni :
a.
Untuk
menambah kelengkapan data/ informasi tentang siswa memalui wawancara dengan
orang tua, dan hasil observasi suasana di rumah.
b.
Memberi
penjelasan tentang keadaan siswa kepada
orang tua membangun kerja sama sekolah dan rumah.
c.
Mengembangkan
tingkat kepedulian orang tua terhadap masalah anak.
Sedangkan
Sukardi (2000:83) menyatakan bahwa kunjungan rumah yang dilakukan oleh guru BK mempunyai dua tujuan, pertama
yakni memperoleh berbagai keterangan atau data yang diperlukan dalam pemahaman
lingkungan dan pemahaman siswa, kedua untuk pembahasan dan pemecahan permasalahan
siswa.
Sejalan
dengan ini Prayitno (2006:3-4) juga
melihat dua tujuan kunjungan rumah, yaitu tujuan umum, yakni; diperolehnya data yang lebih
digalangkannya komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam rangka
penanggulangan masalah klien. Yang kedua, tujuan khusus, yakni; dengan data
yang lebih lengkap, dan mendalam dan
akurat ini upaya pengentasan masalah klien akan dapat lebih intensif.
Dari
pendapat-pendapat di atas
dapat diketahui bahwa pelaksanaan kunjungan rumah bertujuan untuk memahami
lingkungan tempat tinggal siswa dan permasalahan siswa yang dapat mempengaruhi
proses belajar.
3. Fungsi
kunjungan rumah
Dari berbagai banyak fungsi bimbingan dan konseling,
fungsi yang uta dalam pelaksanaan
kunjungan rumah adalah fungsi pemahaman dan pengentasan. Menurut
Prayitno
(1997:197) menyatakan bahwa fungsi pemahaman dan fungsi pengentasan merupakan hal pokok
yang harus
dilakukan guru BK di dalam melaksanakan kunjungan
rumah. Dengan adanya
fungsi pemahaman dan fungsi pengentasan
guru BK mudah memahami permasalahan yang dihadapi siswa.
a) Fungsi
pemahaman
Fungsi
pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik, yang meliputi:
1) Pemahaman
tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya
dan guru BK.
2) Pemahaman
tentang lingkungan peserta didik (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan
sekolah) terutama oleh peserta didik
sendiri, orang tua, guru umumnya dan guru BK khususnya.
3) Pemahaman
tentang lingkungan yang lebih luas termasuk di dalamnya informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan dan
informasi sosial dan budaya/nilai-nilai terutama oleh peserta didik.
b) Fungsi
Pengentasan
Fungsi
pengentasan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terentaskannya atau teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
Dua
fungsi kegiatan kunjungan rumah tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung BK di sekolah. Setiap layanan dan kegiatan BK
yang dilaksanakan haruslah mengacu
kepada satu layanan bimbingan atau
lebih, agar hal yang hendak dicapai jelas dapat diidentifikai dan evaluasi.
Menurut Admin (dalam www. Bimbingan dan konseling,
2009:2) menyatakan bahwa memahami permasalahan yang dihadapi siswa yang
berhubungan dengan tempat tinggal siswa dan anggota keluarganya akan memberikan
kemudahan dalam mengentaskan masalah
yang dihadapinya. Seorang guru BK
harus memahami keadaan, lingkungan siswa serta masalah yang dihadapi siswa
karena dengan memahaminya dapat membantu guru BK dalam mengentaskan masalah tersebut. Terentaskannya
masalah siswa dapat memberikan dorongan
dan semangat kepada siswa dalam
menjalani kehidupannya, sehingga siswa dapat merencanakan apa yang harus ia lakukan demi masa
depan kehidupannya.
4. Materi
kunjungan rumah
Kunjungan rumah yang dilakukan guru BK bertujuan untuk memperoleh
berbagai data. Keterangan serta berbagai hal yang menyangkut langsung dengan
permasalahan
siswa. Menurut Prayitno
(1999: 95-95) menyatakan bahwa data dan keterangan ini
meliputi :
a. Kondisi
rumah tangga dan orang tua
b. Fasilitas
belajar yang ada dirumah
c. Hubungan
dengan anggota keluarga
d. Sikap
dan kebiasaan anak (siswa) di rumah
e. Berbagai
pendapat orangtua dan anggota
keluarga lainnya terhadap anak
(siswa)
f. Komitmen
orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan anak dan pengentasan
masalah anak.
Semua data dan keterangan yang diperoleh
melalui
kunjungan rumah yang dilakukan guru BK dapat pula menyangkut seluruh bidang bimbingan dan konseling, yaitu bimbingan pribadi,
sosial, belajar, dan karir. Data dan keterangan yang diperoleh ini sangat
berguna sekali dalam pemberian layanan
BK kepada siswa sehingga permasalahan
siswa dapat dientaskan secara
cepat dan tepat.
B. Pelaksanaan
Kunjungan rumah oleh guru BK.
1. Persiapan
kegiatan kunjungan rumah
Sebelum
kegiatan kunjungan rumah dilakukan guru BK hendaklah terlebih dahulu
melakukan persiapan yang matang, mengenai rencana kegiatan kunjungan rumah. Adapun
persiapan tersebut menurut Prayitno
(1997:157) antara lain :
a. Hendaklah
membicarakan terlebih dahulu kepada siswa yang bersangkutan tentang
rencana kunjungan rumah, maka perlu
diusahakan agar pada akhirnya siswa menyetujui rencana kunjungan rumah tersebut
dan hak ini terkait dengan azas kerahasiaan.
b. Merencanakan
dengan
matang yang mencakup antara lain:
1) Waktu
kunjungan
2) Isi
kunjungan, yakni apa saja yang hendak dibicarakan dengan orang tua dan anggota
keluarga lainnya, apa yang hendak diobservasi; dan komitmen apa yang hendak
diminta dari orang tua.
c. Pemberitahuan
kepada orang tua yang akan dikunjungi ( dengan seizin kepala sekolah).
Selain
itu menurut Yusuf Gunawan (1992:237) menyatakan bahwa pelaksanaan kunjungan
rumah memerlukan perencanaan dan persiapan
yang matang dari guru BK dan memerlukan kerjasama yang baik
dari pihak orang tua serta atas persetujuan kepala sekolah.
Selanjutnya
menurut Winkel (1991:298)
dalam melakukan kunjungan rumah guru BK haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengadakan
persiapan mental sebelumnya mengenai hal-hal mana ingin diperoleh informasi
apa.
b. Menghindari
memberikan kesan seolah-olah diadakan pemeriksaan dan pengeledahan.
c. Harus
ada kepastian sebelum kunjungan rumah bahwa kedatangan petugas bimbingan akan disambut dengan baik.
Kepastian ini dapat diperoleh dengan menanyai siswa bersangkutan tentang
rencana kunjungan rumah.
d. Informasi
yang di dapat dikumpulkan biasanya
mencakup hal-hal: letak rumah dan
keadaan rumah, fasilitas belajar, kebiasaan belajar siswa dan suasana keluarga.
e. Sesudah
kembali dari kunjungan rumah, petugas bimbingan menyusun laporan singkat tentang informasi
yang diperoleh, dengan membedakan antara fakta serta data dan kesan pribadi
yang merupakan interprestasi terhadap informasi.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa sebelum kegiatan kunjungan rumah diadakan, guru BK harus memiliki persiapan, baik
mental maupun fisik. Agar kegiatan kunjungan rumah berjalan dengan baik sesuai
dengan tujuannya, yakni untuk mengentaskan
permasalahan yang dihadapi siswa, dimana sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Persiapan itu terutama menyangkut kegiatan wawancara, pengamatan terhadap fasilitas belajar anak di rumah, pengamatan terhadap fasilitas
belajar anak di rumah, diskusi atau bimbingan
dan konseling kelompok dengan anggota keluarga..
2. Manajemen
kegiatan kunjungan rumah
Menurut
Prayitno (2006:14-15) manajemen kegiatan
kunjungan rumah meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Perencanaan
1) Menetapkan kasus yang memerlukan
kunjungan rumah
2) Menetapkan materi kunjungan rumah
3) Meyakinkan
siswa pentingnya kunjungan rumah
4) Menyiapkan informasi pokok yang akan di komunikasikan
pada keluarga
5) Menyiapkan
kelengkapan administrasi.
b. Pelaksanaan
1) Mengkomunikasikan
rencana kunjungan rumah kepada pihak terkait
2) Melakukan
kunjungan rumah
a) Bertemu
orang tua/wali/anggota keluarga
b) Membahas
permasalahan siswa
c) Melengkapi
data
d) Mengembangkan
komitmen orang tua/wali/keluarga
e) Merekam
dan menyimpulkan hasil pembahasan
c. Evaluasi
1) Mengevaluasi kelengkapan dan kemanfaatan hasil kunjungan
rumah, dan komitmen orang tua/ wali/ anggota keluarga dalam penanganan kasus
2) Mengevaluasi
proses pelaksanaan kunjungan rumah
d. Analisis
Hasil Evaluasi
Melakukan
analisis terhadap efektivitas hasil kunjungan rumah terhadap penanganan kasus
e. Tindak
lanjut
1) Menggunakan
hasil kunjungan rumah dalam penanganan kasus
2) Bahan
pertimbangan untuk perlunya melengkap
data lebih lanjut
f. Laporan
1) Menyusun
laporan kegiatan kunjungan rumah
2) Menyiapkan
laporan kepada pihak terkait
3) Mendokumentasikan
laporan kegiatan kunjungan rumah
Melakukan
manajemen
pelaksanaan kunjungan rumah dengan baik membantu guru BK dalam rangka menjalani kegiatan
tersebut secara baik dan benar, karena telah terprogram dengan jelas apa yang akan dilakukan. Kegiatan ini dilakukan guru BK untuk mendapatkan data dan
keterangan siswa serta memahami permasalahan siswa secara tepat. Hasil kegiatan tersebut
dapat digunakan dalam memberikan layanan BK kepada siswa, sehingga siswa dapat
berkembang secara maksimal. Perolehan hasil kunjungan rumah kemudian di evaluasi, di analisi dan di
tindak lanjuti demi kepentingan pengentasan permasalahan siswa.
Di
dalam pelaksanaan kunjungan rumah yang dilaksanakan oleh guru BK dapat pula dilakukan semacam “konferensi kasus” diikuti oleh segenap
anggota keluarga. Hal ini diharapakan dapat membantu pemecahan permasalahan siswa dengan penekanan asas kerahasian. Konfrensi kasus menganalisis berbagai masalah siswa
secara baik, terinci dan sebab terjadinya, sangkut pautnya antara berbagai
permasalahan serta berbagai kemungkinan pemecahannya dan faktor-faktor yang
menunjang proses pemecahan masalah tersebut.
C.
Kerangka Konseptual
Pelaksanaan
|
Guru
BK
|
Kunjungan Rumah
|
Tindak lanjut
|
permasalahan
|
Keterangan
:
Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
melaksanakan kunjungan rumah guru BK mengalami
hambatan/permasalahan dalam melaksanakan kunjungan rumah dan tindak
lanjutnya sehingga hasil kegiatan
kunjungan rumah yang dilaksanakan oleh guru BK menjadi tidak efektif dan
maksimal.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Bertitik
tolak dari permasalahan yang akan diteliti maka penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif. Menurut A. Muri Yusuf (2005:53) penelitian deskriptif
adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara
sistematika, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat tertentu atau
mencoba menggambarkan fenomena secara detail. Dalam penelitian ini akan diungkapkan apa adanya mengenai permasalahan yang dialami guru BK dalam melaksanakan
kunjungan rumah dan upaya mengatasinya pada SLTA Negeri
kota Payakumbuh.
B.
Subjek
Penelitian
Subjek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh
guru BK
yang bertugas di SMA dan SMK Negeri Kota Payakumbuh yang telah melaksanakan kunjungan rumah yang
berjumlah 30 Orang.
Pendistribusian subjek penelitian dapat dilihat pada table di
bawah ini:
28
|
Tabel 2.
Subjek Penelitian
NO
|
SLTA
|
Jumlah
Guru BK
|
1
|
SMA
N 1 Payakumbuh
|
6
Orang
|
2
|
SMA
N 2 Payakumbuh
|
7 Orang
|
3
|
SMA
N 3 Payakumbuh
|
5
Orang
|
4
|
SMK
N 1 Payakumbuh
|
5
Orang
|
5
|
SMK
N 2 Payakumbuh
|
4 Orang
|
6
|
SMK
N 3 Payakumbuh
|
3
Orang
|
Jumlah
keseluruhan subjek penelitian
|
30
Orang
|
(Sumber
: Dinas pendidikan Kota
payakumbuh 2010/2011)
C.
Jenis
dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah
data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari subjek penelitian. Sumber
data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari responden
atau subjek penelitian. Adapun yang menjadi responden yaitu semua guru BK di
SMA, SMK, MA Negeri Kota Payakumbuh.
D.
Intrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini adalah angket
dengan menggunakan skala Likert.
Adapun langkah-langkah penyususnan instrumen hingga pengadministrasian
instrumen adalah sebgai berikut:
1. Membaca
literatur yang berhubungan dengan pelaksanaan kunjungan rumah oleh guru
pembimbing serta menetapkan teori yang
dipakai.
2. Menyusun
kisi-kisi instrumen berdasarkan teori yang ada. Instrumen disusun dengan tujuan
menjabarkan variabel menjadi beberapa sub variabel, kemudian diuraikan menjadi
indikator.
3. Berdasarkan
indikator tersebut dibuat pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Angket ini dibuat dengan
pilihan jawaban mengacu pada skala Likert
yaitu pilihan jawaban untuk setiap item terdiri dari 5 (lima) alternatif.
4. Menyususn
petunjuk pengisian instrumen yang sesuai
dengan pernyataan-pernyataan yang disediakan.
5. Mendiskusikan
instrumen
yang telah disusun dengan dosen pembimbing dan menerima masukan yang diberikan
pembimbing.
6. Merivisi
instrumen
dengan masukan yang diberikan oleh dosen pembimbing
Terlebih dahulu
dilakukan penimbangan oleh dosen jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP dan
direvisi sesuai dengan saran-saran dan masukan yang diterima kenudian siap
digunakan untuk penelitian.
E.
Teknik
analisis
data
Agar data yang diperoleh dapat menjawab
pertanyaan penelitian yang sudah dijelaskan di atas maka teknik yang digunakan
untuk menganalisis
data yang diperoleh
menggunakan rumus persentase
yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1998:113), yaitu :
P=
x 100
Keterangan : P = Persentase yang dicari
F =
Frekuensi
N = Jumlah Responden
KEPUSTAKAAN
A.
Muri
Yusuf. 1997. Dasar-dasar Metode
Penelitian. Padang: FIP UNP.
-------------------. 2002. Kiat Sukses dalam Karir. Jakarta: Ghalia indonesia.
Abu
Ahmadi.1992. Psikologi Umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
Admin. 2009. Bimbingan dan Konseling.
http//a741k.web44.net/Bimbingan dan Konseling.htm. 23 Februari.
AIP syaipuddin,
dkk. 1999. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: depdikbud.
Badan Standar
Nasional Pendidikan. 2006. Panduan
Pengembangan Diri. Padang: UNP.
Barr
A. John (1954). The Elemtaryteacher dan
Guidance. Newyork: Holt rihenrt and winston.
Dewa
ketut sukardi. 2000. Pengantar Pelaksana
Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
I
Djumhur dan Surya, Moh. 1975. Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: Ilmu.
Peraturan
Pemerintah No 74 Tahun 2008. 2009. Jakarta: Gramedia.
Prayitno.
1987. Orientasi Bimbingan dan Konseling. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
-----------. 1997.
Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Ikrar
Mandiri Abadi
-----------. 1999.
Panduan Kegiatan Pengawasan BK di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
----------. 2001. Panduan Pengawasan Bimbingan dan Konseling
di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
----------.
2006. K1-K6. Padang: BK UNP
----------. 2004. Layanan Konseling Perorangan. Padang:
Jurusan BK FIP UNP.
32
|
33
|
Rochman Natawidjaja. 1987. Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan.
Jakarta: Depdikbud.
------------------------.1979.
Psikologi Umum dan Sosial. Jakarta: Jasanku
Jakarta.
Slameto. 1988. Bimbingan di Sekolah. Jakarta: Bina Aksara.
Thantawy. 1995. Manajemen Bimbingan dan Konseling. PT.
Pamator Presisindo: Jakarta
Tim Pengembangan Materi BK PPPG Keguruan Jakarta. 2000. Konferensi Kasus, Kunjungan Rumah, dan
Alih Tangan Kasus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Thohirin. Bimbingan
dan Konseling Di Sekolah dan Di Madrasah. Jakarta: PT Grasindo Persada.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Tahun 2003. 2006.
Jakarta: Gramedia.
Winkel. W.S. 1991. Bimbingan
dan konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Yusuf Gunawan.
1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta : PT. Gramedia
http//www. Ikatan
Konselor Indonesia. 2010. Kunjungan Rumah.org.
http//www.
SK Mendikbud No 025/0/1995. Org
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar