Konseling
Realita
Dalam dekade terakhir ini ada dua
pendekatan konseling yang menjadi perhatian yaitu :
1. Terapi
realita yang dikembangkan oleh William Glasser
2. Terapi
rasional emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis
Dalam bab ini kita
akan membahas kedua pendekatan ini, karena pendekatan ini memilliki kesamaan
dalam prinsip dasar. Tapi pada pertemuan kali ini kita akan membahas tentang
Pendekatan terapi realita. Pendekaatan ini menempatkan keyakinan sebagai
kemampuan klien untuk bisa mengatasi kesulitan mereka melalui keaktifan
konselor, individu di konfrontasikan dalam proses konseling. Kedua teori ini membuat
beberapa asumsi dasar tentang sifat manusia dan masyarakat. Prinsip dasar
paling penting dari terapi realitas adalah fokusnya pada kekuatan tidak sadar
atau naluri.
Sifat
Manusia
Glasser (1965)
berpendapat bahwa motivasi tingkah laku semua manusia di dasarkan pada dua
kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologi dan kebutuhan psikoloogi. Ia mengatakan
bahwa setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, tapi tidak
terlepas dari lokasi budaya, berbagi kebutuhan essensial yang sama.
Beberapa kebutuhan tersebut
adalah kebutuhan fisiologi yakni untuk menjaga kelansungan hidup organisme,
contohnya tingkah laku seperti bernafas, mencerna makanan, dan berkeringat) ini
di lakukan untuk kelansungan hidup manusia. Glasser juga menyatakan bahwa ada
dua kebutuhan dasar psikologis yaitu kebutuhan untuk mencintai dicintai dan
kebutuhan untuk merasa bahwa kita berharga untuk diri kita sendiri dan orang
lain. Glasser juga menyebutkan bahwa bila tindakan seorang manusia misalnya
dalam memberi dan menerima cinta dan merasa berharga bagi dirinya sendiri dan
orang lain, maka tingkah lakunya adalah benar dan bermoral. Dua kebutuhan dasar
psikologis ini bergabung dalam satu kebutuhan yang disebut dengan identitas
yaitu perkembangan psikologi yang sehat. Kebutuhan identitas dipenuhi dengan
cara diterima sebagai seseorang oleh orang lain. Pendekatan konseling realitas
berpandangan, identitas sebagai bagian tersendiri, dan persyaratan dasar dari
keberadaan semua umat manusia.
Menurut Glasser dalam
Gladding menyatakan bahwa terapi realita disebutkan bahwa pembelajaran manusia
adalah proses seumur hidup yang berdasarkan pada pilihan. Jika individu tidak
belajar sesuatudi awal kehidupan, seperti bagaimana cara berhubungan dengan
orang lain, dia dapat memilih untuk mempelajarinya nanti. Pada prosesnya dia
dapat mengubah identitas dan cara berprilakunya.
Perkembangan
kepribadian
Glasser melihat perkembangan
kepribadian individu merupakan fungsi dari individu belajar untuk memenuhi
kebutuhannya. Sejauh mana mereka mampu memenuhi kebutuhannya dan dapat difungsikan
secara tepat atau tidak tepat. Orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhan mereka
disebut dengan orang-orang bertanggung jawab (responsible) dan mereka yang tidak bisa
memenuhi kebutuhannya di sebut dengan tidak bertanggung jawab (irresponsible). Tingkah laku yang responsible adalah tingkah laku yang
mengarah pada kepuasan kebutuhan pribadi tanpa merampas kemampuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tingkah
laku responsible mengarahkan
kepribadian kepada Succes identity
(SI) dan ketika tingkah laku irresponsible
mengarahkan kepribadian kepada kegagalan identitas (failure indentity).
Kemampuan untuk
bertingkah laku responsible sulit untuk
dipelajari. Glasser menyatankan, kita semua mempunyai kebutuhan bawaan dasar
yang menyebabkan mereka mempunyai masalah jika mereka tidak puas, oleh karena
itu kemampuan ini harus dipelajari. Proses belajar dimulai dari awal kehidupan,
tetapi menjadi kritis ketika anak-anak
siap untuk memasuki sekolah, karena
pada masa itu adalah masa saatnya mengembangkan
sosial verbal, dan skiil
intelektual. Skill diperlukan untuk
bisa menentukan diri mereka sendiri untuk succes
atau failure. Succses indentity
berkembang melalu hubungan yang mesra dengan orang tua yang bertanggung jawab. Responsible orang tua yakni membangun
keterlibatan dengan anak-anak mereka melalui cinta, mengajar, disiplin, dan
pemodelan. Syarat utama mengembangkan kepribadian anak adalah merasa dicintai (feel loved) dan merasa layak (feel worth). Seorang anak yang mampu
menerima responsible ia akan bisa
menilai diri sendiri (self wort). Self worth menjadikannya mampu melaksanakan
tugas untuk mencapai kesuksesan. Hanya melalui interaksi dengan orang tua dan
orang-orang penting lah yang membuat mereka merasakan diri mereka dan responsible
dapat membuat anak belajar untuk mencintai, merasa layak/berharga/berguna, dan
untuk berperilaku bertanggung jawab.
Orang-orang akan
menjadi mampu untuk membangun hidup mereka dengan menggunakan 3 dasar “3 R”
pada terapi realita, yaitu :
1.
Right
Glasser
percaya disini adalah penerimaan atau kebenaran dari tingkah laku
seseorang dengan standar norma yang
berlaku.
2.
Responsible
Adalah
kemampuan untuk mencapai dasar kepuasan kebutuhan pribadi tanpa mengganggu kepuasan kebutuhan
orang lain (tidak merugikan orang lain).
3.
Reality
Realitas
kata dari sudut pandang Glasser bukanlah realitas merasakan yang berbeda untuk
setiap individu tetapi salah satu terdiri dari fakta-fakta keras, maksudnya
individu bertingkah laku sesuai dengan kenyataan yang ada sebagai acuan nyata bagi
pemenuhan kebutuhan pribadi.
Jadi
kesimpulannya bahwa kepribadian dibentuk sebagai usaha individu untuk memenuhi
kedua kebutuhan fisiologi dan psikologi. Kebutuhan yang penting diantaranya
adalah kebutuhan mencintai, dicintai dan untuk bisa merasakan diri bernilai dan
melihat nilai yang lain. Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan orang-orang
perlu belajar apa itu Right, untuk menjadi responsible dan memahami relality.
Ini dapat dipelajari melalui orang tua dan orang penting lainnya. Demikian
proses mengarahkan anak-anak dalam mengembangkan “susccess identity” dengan itu
merupakan menjadi kepribadian yang sehat.
Perilaku
Maladaptif
Menurut
pendekatan realita, ketika orang-orang tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka,
ia akan kehilangan hubungan dengan kenyataan yang ada (melihat hal-hal
sebagaimana adanya). Pada dasarnya mereka tidak mampu mengoperasikan Right,
Responsible, Reality.
Kunci dari maladaptif
merupakan yaitu tidak ada keterlibatan dengan orang lain dan tidak pernah belajar bertanggung jawab. Sementara
sebagian besar ketidak sempurnaan dalam pembelajaran dapat dikaitkan dengan
kegagalan orang tua yang melibatkan dalam mengasuh anak. Glasser menunjukan
bahwa teman-teman dan lingkungan bermain disekolah yang tidak bagus membuat anak-anak mengalami
kegagalan identitas. Ia juga mengatakan bahwa guru yang tidak memberikan dan
memenuhi kebutuhan anak-anak untuk cinta
dan bernilai dapat menyebabkan anak-anak
orang mengalami kegagalan identitas.
Tingkah laku
maladaptif dapat dianggap memiliki akar pada anak yang tidak pernah belajar
untuk memenuhi kebutuhannya melalui keterlibatan dengan orang lain. Jadi
kegagalan individu dapat diperoleh dari kegagalan memperoleh hubungan baik
dengan orang-orang yang penting baginya.
Tujuan
Konseling
Pada konseling
realita menunjukan bahwa konseling merupakan tempat yang secara khusus
mengajarkan atau melatih seseorang
dengan apa-apa yang harus dilakukan dalam hidupnya, pengajaran dan latihan
tersebut dilaksanakan dalam waktu yang singkat. Dalam waktu yang singkat tujuan
utama dari terapi realita adalah mengajar/ melatih klien memenuhi kebutuhan
dengan menggunakan 3R.
Menurut Gladding
(2012:270) mengatakan bahwa tujuan terapi realita adalah membantu klien menjadi
rasional dan memiliki mental yang kuat, serta menyadari dia mempunyai pilihan
dalam memperlakukan diri sendiri dan orang lain. Tujuan pertama ini berkaitan
dengan tujuan kedua : untuk membantu klien mengklarifikasi apa yang
diingikannya di dalam kehidupannya. Tujuan ketiga adalah membantu klien
merumuskan rencana yang realitas, untuk mencapai kebutuhan dan harapan pribadi.
Proses
dan teknik konseling
Glasser (1965)
mengemukakan ciri-ciri yang hendaknya dimiliki oleh konselor dalam menggunakan
pendekatan realita :
1. Konselor,
pertama-tama adalah individu yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara
bertanggung jawab.
2. Konselor
harus menjadi kuat (Kepribadian dan sikapnya terhadap klien), jangan memaafkan
tindakan klien yang merugikan orang lain.
3. Konselor
harus hangat, sensitif, dan memiliki kemampuan untuk memahami tingkah laku.
4. Konselor
harus mampu membagi pengalaman dan perjuangannya pada klien agar klien
menyadari bahwa pada dasarnya semua individu dapat bertanggung jawab walaupun
itu sulit.
Pendekatan konseling
realitas berpandangan bahwa proses konseling sebagai proses rasional. Konselor
harus hangat, dan memahami lingkungan klien, tetapi yang paling penting di awal
konseling adalah anggapan konselor bahwa
klien memiliki kapasitas untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
Kebahagian dan ketidakbahagian yang di alami disebabkan oleh keputusan dan
tingkah lakunya, tidak disebabkan oleh kejadian-kejadian eksternal di luar
dirinya. Dalam proses konseling perlu ditekankan bahwa hanya klien sendiri yang
dapat membuat dirinya bahagia dan hanya apabila ia mau menghadapi kenyataan dan
bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
Galsser dan Zunin
(1973) daftar delapan prinsip yang mereka rangkum sebagai berikut :
1. Personal
Prosedur
pertama yang esensi ialah bahwa komunikasi konselor yang esensi ialah bahwa
komunikasi konselor dengan klien hendaklah dipelihara. Kehangatan dan pemahaman
merupakan kunci bagi kesuksesan konseling. konselor dapat memudahkan proses ini
melalui penggunaan kata ganti orang (saya, anda, dan kita) dan mendorong klien
menggunakan kata ganti orang. Prinsip personal juga berarti bahwa konselor mau
membuka diri (self disclosing) apabila klien sangat berminat dan memberikan
keyakinan padanya bahwa ia memiliki kemampuan untuk membantu dirinya sendiri.
2. Berfokus
pada tingkah laku tidak pada perasaan
Pendekatan
konseling realitas berfkus pada apa yang klien dapat lakukan untuk membuat
perasaannya baik. Munculnya perasaan terbaik sebetulnya akibat dari munculnya
tingkah laku yang tepat.
3. Berfokus
pada masa sekarang
Penekanan
dalam konseling ialah pada isi dan fungsi sekarang, tidak pada masa lalu. Jika
pengalaman lalu dibahas, hanya apabila ada hubungannya dengan isi dan fungsi
pada masa sekarang.
4. Mempertimbangkan
nilai
Semua
klien dibawa untuk melihat tingkah lakunya, apakah klien bertanggung jawab atau
tidak, apabila tidak itulah yang akan diubah.
5. Perencanaan
Setelah
klien telah mengevaluasi perilaku tidak bertanggung jawab, ia siap untuk
melanjutkan perencanaan untuk merubahnya. Pada tahap ini meliputi membuat
rencana-rencana khusus mengubah tingkah laku yang tidak bertanggung jawab,
terpenting dalam kegiatan ini adalah konselor membantu klien membuat
rencana-rencana yang realistik.
6. Terikat
pada komitmen
Sebuah
planing saja tidak cukup tanpa ada komitmen. Sebuah perencaaan tanpa komitmen
akan cendrung gagal. Konselor menekankan pada klien untuk memeiliki komitmen
dalam melaksanakan rencana-rencana yang telah dibuat itu. Hal tersebut dapat
diwudkan dengan kontrak yang membawa klien kepada perubahan tingkah laku.
7. Tidak
memaafkan atau menerima alasan
Bila
klien kembali dan melaporkan bahwa rencana yang dibuatnya itu gagal atau tidak
dilakukannya, maka konselor tidak memaafkannya. Dari pada menjelajahi alasan
kenapa alasannya gagal melaksanakan komitmen terdahulu, konselor realita
berkonsentrasi pada membantu klien menyusun dan membuat komitmen bagi rencana
baru.
8. Penghapusan
Hukuman
Glasser merasa
bahwa penghapusan hukuman adalah penting sebagai tidak menerima maaf/alasan
atas kegagalan yang dialami klien. Konselor tidak menghukum, baik melalui
pernyataan verbal, kegagalan klien untuk dapat keluar dari sebuah rencana.
Hukuman tidak akan mengubah tingkah laku klien, itu akan menyebabkan klien
mengalami kegagalan identitas. Konselor harus berusaha kembali memfokuskan pada
tingkah laku dan rencana-rencana klien. Glasser percaya bahwa melalui prosedur
semacam ini, klien akan dapat menjadi individu yang lebih bertanggung jawab,
realistik, dan mampu memenuhi kebutuhannya.
Kesimpulan
Terapi Realita
Terapi
Realita menyatakan bahwa orang dapat bertanggung jawab atas perilaku mereka. Orang-orang
yang datang untuk melakukan konseling karena mereka tidak memiliki keterlibatan
dengan orang lain dan tidak bisa berperilaku untuk memenuhi kebutuhan mereka. Realita bisa
menjadi menyakitkan, bisa menjadi sulit, bisa menjadi berbahaya, tetapi bisa
berubah secara perlahan.
DAFTAR
RUJUKAN
James C. Hansen, Richard R Stevic dan Richard W. Warner, Jr.
1977. Counseling Theory and Process.
Allyn and Bacon, Inc: Boston
Samuel T. Gladding.
2012. Konseling Profesi Menyeluruh. Jakarta: PT Indeks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar