Sabtu, 05 Juli 2014

Konseling Realita

Konseling Realita

Dalam dekade terakhir ini ada dua pendekatan konseling yang menjadi perhatian yaitu :
1.       Terapi realita yang dikembangkan oleh William Glasser
2.       Terapi rasional emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis
Dalam bab ini kita akan membahas kedua pendekatan ini, karena pendekatan ini memilliki kesamaan dalam prinsip dasar. Tapi pada pertemuan kali ini kita akan membahas tentang Pendekatan terapi realita. Pendekaatan ini menempatkan keyakinan sebagai kemampuan klien untuk bisa mengatasi kesulitan mereka melalui keaktifan konselor, individu di konfrontasikan dalam proses konseling. Kedua teori ini membuat beberapa asumsi dasar tentang sifat manusia dan masyarakat. Prinsip dasar paling penting dari terapi realitas adalah fokusnya pada kekuatan tidak sadar atau naluri.

Sifat Manusia
Glasser (1965) berpendapat bahwa motivasi tingkah laku semua manusia di dasarkan pada dua kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologi dan kebutuhan psikoloogi.  Ia mengatakan  bahwa setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, tapi tidak terlepas dari lokasi budaya, berbagi kebutuhan essensial yang sama.
Beberapa kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologi yakni untuk menjaga kelansungan hidup organisme, contohnya tingkah laku seperti bernafas, mencerna makanan, dan berkeringat) ini di lakukan untuk kelansungan hidup manusia. Glasser juga menyatakan bahwa ada dua kebutuhan dasar psikologis yaitu kebutuhan untuk mencintai dicintai dan kebutuhan untuk merasa bahwa kita berharga untuk diri kita sendiri dan orang lain. Glasser juga menyebutkan bahwa bila tindakan seorang manusia misalnya dalam memberi dan menerima cinta dan merasa berharga bagi dirinya sendiri dan orang lain, maka tingkah lakunya adalah benar dan bermoral. Dua kebutuhan dasar psikologis ini bergabung dalam satu kebutuhan yang disebut dengan identitas yaitu perkembangan psikologi yang sehat. Kebutuhan identitas dipenuhi dengan cara diterima sebagai seseorang oleh orang lain. Pendekatan konseling realitas berpandangan, identitas sebagai bagian tersendiri, dan persyaratan dasar dari keberadaan semua umat manusia.
Menurut Glasser dalam Gladding menyatakan bahwa terapi realita disebutkan bahwa pembelajaran manusia adalah proses seumur hidup yang berdasarkan pada pilihan. Jika individu tidak belajar sesuatudi awal kehidupan, seperti bagaimana cara berhubungan dengan orang lain, dia dapat memilih untuk mempelajarinya nanti. Pada prosesnya dia dapat mengubah identitas dan cara berprilakunya.

Perkembangan kepribadian
Glasser melihat perkembangan kepribadian individu merupakan fungsi dari individu belajar untuk memenuhi kebutuhannya. Sejauh mana mereka mampu memenuhi kebutuhannya dan dapat difungsikan secara tepat atau tidak tepat. Orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhan mereka  disebut  dengan orang-orang bertanggung jawab (responsible) dan mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya di sebut dengan tidak bertanggung jawab (irresponsible). Tingkah laku yang responsible adalah tingkah laku yang mengarah pada kepuasan kebutuhan pribadi tanpa merampas  kemampuan orang  lain untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tingkah laku responsible mengarahkan kepribadian kepada Succes identity (SI) dan ketika tingkah laku irresponsible mengarahkan kepribadian kepada kegagalan identitas (failure indentity).
Kemampuan untuk bertingkah laku responsible sulit untuk dipelajari. Glasser menyatankan, kita semua mempunyai kebutuhan bawaan dasar yang menyebabkan mereka mempunyai masalah jika mereka tidak puas, oleh karena itu kemampuan ini harus dipelajari. Proses belajar dimulai dari awal kehidupan, tetapi menjadi kritis ketika  anak-anak  siap untuk memasuki sekolah,  karena pada masa itu adalah masa saatnya mengembangkan  sosial verbal, dan  skiil intelektual. Skill diperlukan untuk bisa menentukan diri mereka sendiri untuk succes atau failure. Succses indentity berkembang melalu hubungan yang mesra dengan orang tua yang bertanggung jawab. Responsible orang tua yakni membangun keterlibatan dengan anak-anak mereka melalui cinta, mengajar, disiplin, dan pemodelan. Syarat utama mengembangkan kepribadian anak adalah merasa dicintai (feel loved) dan merasa layak (feel worth). Seorang anak yang mampu menerima responsible ia akan bisa menilai diri sendiri (self wort). Self worth menjadikannya mampu melaksanakan tugas untuk mencapai kesuksesan. Hanya melalui interaksi dengan orang tua dan orang-orang penting lah yang membuat mereka merasakan diri mereka dan responsible dapat membuat anak belajar untuk mencintai, merasa layak/berharga/berguna, dan untuk berperilaku bertanggung jawab.
Orang-orang akan menjadi mampu untuk membangun hidup mereka dengan menggunakan 3 dasar “3 R” pada terapi realita, yaitu :
1.       Right
Glasser percaya disini adalah penerimaan atau kebenaran dari tingkah laku seseorang  dengan standar norma yang berlaku.
2.       Responsible
Adalah kemampuan untuk mencapai dasar kepuasan kebutuhan  pribadi tanpa mengganggu kepuasan kebutuhan orang lain (tidak merugikan orang lain). 
3.       Reality
Realitas kata dari sudut pandang Glasser bukanlah realitas merasakan yang berbeda untuk setiap individu tetapi salah satu terdiri dari fakta-fakta keras, maksudnya individu bertingkah laku sesuai dengan kenyataan yang ada sebagai acuan nyata bagi pemenuhan kebutuhan pribadi.

Jadi kesimpulannya bahwa kepribadian dibentuk sebagai usaha individu untuk memenuhi kedua kebutuhan fisiologi dan psikologi. Kebutuhan yang penting diantaranya adalah kebutuhan mencintai, dicintai dan untuk bisa merasakan diri bernilai dan melihat nilai yang lain. Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan orang-orang perlu belajar apa itu Right, untuk menjadi responsible dan memahami relality. Ini dapat dipelajari melalui orang tua dan orang penting lainnya. Demikian proses mengarahkan anak-anak dalam mengembangkan “susccess identity” dengan itu merupakan menjadi kepribadian yang sehat.

Perilaku Maladaptif
            Menurut pendekatan realita, ketika orang-orang tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka, ia akan kehilangan hubungan dengan kenyataan yang ada (melihat hal-hal sebagaimana adanya). Pada dasarnya mereka tidak mampu mengoperasikan Right, Responsible, Reality.
Kunci dari maladaptif merupakan yaitu tidak ada keterlibatan dengan orang lain dan  tidak pernah belajar bertanggung jawab. Sementara sebagian besar ketidak sempurnaan dalam pembelajaran dapat dikaitkan dengan kegagalan orang tua yang melibatkan dalam mengasuh anak. Glasser menunjukan bahwa teman-teman dan lingkungan bermain disekolah  yang tidak bagus membuat anak-anak mengalami kegagalan identitas. Ia juga mengatakan bahwa guru yang tidak memberikan dan memenuhi  kebutuhan anak-anak untuk cinta dan bernilai  dapat menyebabkan anak-anak orang mengalami kegagalan identitas.
Tingkah laku maladaptif dapat dianggap memiliki akar pada anak yang tidak pernah belajar untuk memenuhi kebutuhannya melalui keterlibatan dengan orang lain. Jadi kegagalan individu dapat diperoleh dari kegagalan memperoleh hubungan baik dengan orang-orang yang penting baginya.

Tujuan Konseling
Pada konseling realita menunjukan bahwa konseling merupakan tempat yang secara khusus mengajarkan  atau melatih seseorang dengan apa-apa yang harus dilakukan dalam hidupnya, pengajaran dan latihan tersebut dilaksanakan dalam waktu yang singkat. Dalam waktu yang singkat tujuan utama dari terapi realita adalah mengajar/ melatih klien memenuhi kebutuhan dengan menggunakan 3R.
Menurut Gladding (2012:270) mengatakan bahwa tujuan terapi realita adalah membantu klien menjadi rasional dan memiliki mental yang kuat, serta menyadari dia mempunyai pilihan dalam memperlakukan diri sendiri dan orang lain. Tujuan pertama ini berkaitan dengan tujuan kedua : untuk membantu klien mengklarifikasi apa yang diingikannya di dalam kehidupannya. Tujuan ketiga adalah membantu klien merumuskan rencana yang realitas, untuk mencapai kebutuhan dan harapan pribadi.

Proses dan teknik konseling
Glasser (1965) mengemukakan ciri-ciri yang hendaknya dimiliki oleh konselor dalam menggunakan pendekatan realita :
1.       Konselor, pertama-tama adalah individu yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertanggung jawab.
2.       Konselor harus menjadi kuat (Kepribadian dan sikapnya terhadap klien), jangan memaafkan tindakan klien yang merugikan orang lain.
3.       Konselor harus hangat, sensitif, dan memiliki kemampuan untuk memahami tingkah laku.
4.       Konselor harus mampu membagi pengalaman dan perjuangannya pada klien agar klien menyadari bahwa pada dasarnya semua individu dapat bertanggung jawab walaupun itu sulit.
Pendekatan konseling realitas berpandangan bahwa proses konseling sebagai proses rasional. Konselor harus hangat, dan memahami lingkungan klien, tetapi yang paling penting di awal konseling  adalah anggapan konselor bahwa klien memiliki kapasitas untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Kebahagian dan ketidakbahagian yang di alami disebabkan oleh keputusan dan tingkah lakunya, tidak disebabkan oleh kejadian-kejadian eksternal di luar dirinya. Dalam proses konseling perlu ditekankan bahwa hanya klien sendiri yang dapat membuat dirinya bahagia dan hanya apabila ia mau menghadapi kenyataan dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
Galsser dan Zunin (1973) daftar delapan prinsip yang mereka rangkum sebagai berikut :
1.       Personal
Prosedur pertama yang esensi ialah bahwa komunikasi konselor yang esensi ialah bahwa komunikasi konselor dengan klien hendaklah dipelihara. Kehangatan dan pemahaman merupakan kunci bagi kesuksesan konseling. konselor dapat memudahkan proses ini melalui penggunaan kata ganti orang (saya, anda, dan kita) dan mendorong klien menggunakan kata ganti orang. Prinsip personal juga berarti bahwa konselor mau membuka diri (self disclosing) apabila klien sangat berminat dan memberikan keyakinan padanya bahwa ia memiliki kemampuan untuk membantu dirinya sendiri.
2.       Berfokus pada tingkah laku tidak pada perasaan
Pendekatan konseling realitas berfkus pada apa yang klien dapat lakukan untuk membuat perasaannya baik. Munculnya perasaan terbaik sebetulnya akibat dari munculnya tingkah laku yang tepat.
3.       Berfokus pada masa sekarang
Penekanan dalam konseling ialah pada isi dan fungsi sekarang, tidak pada masa lalu. Jika pengalaman lalu dibahas, hanya apabila ada hubungannya dengan isi dan fungsi pada masa sekarang.
4.       Mempertimbangkan nilai
Semua klien dibawa untuk melihat tingkah lakunya, apakah klien bertanggung jawab atau tidak, apabila tidak itulah yang akan diubah.
5.       Perencanaan
Setelah klien telah mengevaluasi perilaku tidak bertanggung jawab, ia siap untuk melanjutkan perencanaan untuk merubahnya. Pada tahap ini meliputi membuat rencana-rencana khusus mengubah tingkah laku yang tidak bertanggung jawab, terpenting dalam kegiatan ini adalah konselor membantu klien membuat rencana-rencana yang realistik.
6.       Terikat pada komitmen
Sebuah planing saja tidak cukup tanpa ada komitmen. Sebuah perencaaan tanpa komitmen akan cendrung gagal. Konselor menekankan pada klien untuk memeiliki komitmen dalam melaksanakan rencana-rencana yang telah dibuat itu. Hal tersebut dapat diwudkan dengan kontrak yang membawa klien kepada perubahan tingkah laku.
7.       Tidak memaafkan atau menerima alasan
Bila klien kembali dan melaporkan bahwa rencana yang dibuatnya itu gagal atau tidak dilakukannya, maka konselor tidak memaafkannya. Dari pada menjelajahi alasan kenapa alasannya gagal melaksanakan komitmen terdahulu, konselor realita berkonsentrasi pada membantu klien menyusun dan membuat komitmen bagi rencana baru.
8.       Penghapusan Hukuman
Glasser merasa bahwa penghapusan hukuman adalah penting sebagai tidak menerima maaf/alasan atas kegagalan yang dialami klien. Konselor tidak menghukum, baik melalui pernyataan verbal, kegagalan klien untuk dapat keluar dari sebuah rencana. Hukuman tidak akan mengubah tingkah laku klien, itu akan menyebabkan klien mengalami kegagalan identitas. Konselor harus berusaha kembali memfokuskan pada tingkah laku dan rencana-rencana klien. Glasser percaya bahwa melalui prosedur semacam ini, klien akan dapat menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, realistik, dan mampu memenuhi kebutuhannya.

Kesimpulan Terapi Realita
Terapi Realita menyatakan bahwa orang dapat bertanggung jawab atas perilaku mereka. Orang-orang yang datang untuk melakukan konseling karena mereka tidak memiliki keterlibatan dengan orang lain dan tidak bisa berperilaku untuk  memenuhi kebutuhan mereka. Realita bisa menjadi menyakitkan, bisa menjadi sulit, bisa menjadi berbahaya, tetapi bisa berubah secara perlahan.


















DAFTAR RUJUKAN
James C. Hansen, Richard R Stevic dan Richard W. Warner, Jr. 1977. Counseling Theory and Process. Allyn and Bacon, Inc: Boston
Samuel T. Gladding. 2012. Konseling Profesi Menyeluruh. Jakarta: PT Indeks.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar