MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
1. Model
Pembelajaran Small Group Discussion
a.
Pengertian
Secara sederhana
pengertian small group discussion penulis uraikan sebagai
berikut, small artinya kecil, group artinya kelompok (dynamic
group) kelompok dinamik, discussion artinya tukar pendapat
untuk memecahkan suatu masalah/ mencari kebenaran.
Small group discussion merupakan bagian dari banyak metode pembelajaran yang
memacu keaktifan peserta didik. metode ini selain sebagai metode diskusi juga
sebagai metode pemecahan masalah (problem solving). Small group
discussion dilakukan dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok.
Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum,
kemudian masalah tersebut dibagi dalam sub masalah yang harus dipecahkan oleh
setiap kelompok. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok
menyajikan hasil diskusinya. Dalam small group discussion peserta
didik membuat kelompok kecil (5 sampai 6 orang) untuk mendiskusikan bahan yang
diberikan oleh guru atau bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok
tersebut.
Small group discussion
adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar
secara lebih aktif dengan bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai sebuah
tujuan yang ditetapkan. Dalam small group discussion siswa dirangsang untuk
mengeksplorasi gagasan, meningkatkan pemahaman hal yang baru, teknik untuk
memecahkan masalah, mendorong pengembangan berpikir dan berkomunikasi secara
efektif, memperbaiki kerja sama kelompok, dan meningkatkan dan keterlibatan
siswa dalam mengambil keputusan (Djamarah, 2005:159). Metode tersebut berpijak
dari beberapa teori pembelajaran yang menekankan agar siswa dapat mandiri dan
aktif dalam pembelajarannya.
Menurut Djamarah (2005: 157)
pembelajaran dengan metode small group discussion berhubungan erat dengan
keterampilan bertanya dasar dan lanjut, keterampilan penguatan, serta
keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Tidak semua pembicaraan dalam small
group dikatakan diskusi, tetapi yang dimaksud dengan pembelajaran small group
discussion ini adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok
individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan
membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Dari pengertian
tersebut, small group discussion memiliki empat karakteristik, yaitu: 1.
Melibatkan sekelompok individu; 2. Melibatkan peserta dalam interaksi tatap
muka tidak formal; 3. Memiliki tujuan dan kerja sama; 4. Serta mengikuti
aturan.
Sedangkan menurut Roestiyah (2001: 5), mengajar dengan teknik small group discussion ini mengandung pengertian:
Sedangkan menurut Roestiyah (2001: 5), mengajar dengan teknik small group discussion ini mengandung pengertian:
1.
Kelas dibagi dalam beberapa kelompok
2.
Mendorong partisipasi siswa secara individual
3.
Menghidupkan kegiatan kelas
4.
Mengembangkan rasa sosial diantara siswa, karena dapat
membantu dalam memecahkan masalah secara bersama-sama.
5.
Mendorong siswa untuk saling mengungkapkan pendapat.
6.
Mendorong adanya pendekatan secara demokratis
7.
Membantu mengembangkan kepemimpinan
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa small group discussion adalah Metode
pembelajaran yang membahas suatu topik yang dilakukan oleh kelompok kecil yang
terdiri dari 4-5 orang antara siswa dengan siswa.
b.
Tujuan
1)
Melatih
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
2)
Melatih
siswa untuk mencapai metode pembelajaran student centered learning
3)
Menambah
pengetahuan dan informasi
4)
Saling
membantu sesama anggota kelompok
5)
Agar
Peserta didik mempunyai keterampilan di dalam memecahkan masalah, baik terkait
pokok pada pembelajaran maupun persoalan yang di hadapi di dalam
kehidupansehari-hari.
6)
Melatih siswa belajar dengan orang lain,
karena belajar tidak harus dengan guru
7)
Melatih
siswa bagaimana cara menanggapi orang lain
8)
Melatih
siswa bagaimana memelihara kekompakan
9)
Belajar
tentang teknik-teknik pengambilan keputusan
Tujuan dari small group
discussion ini adalah:
1)
Diskusi mendorong siswa untuk aktif menggunakan pengetahuan
dan pengalamanya dalam memecahkan masalah tanpa bergantung pada orang lain.
2)
Siswa mampu menyampaikan pendapat secara lisan. Sebab hal ini
diperlukan untuk kehidupan yang demokratis.
3)
Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar kritis
dan berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah secara
bersama.
4)
Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
5)
Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus masalah.
6)
Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengerjakan
keterampilan berdiskusi.
7)
Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa
sebagai individu dalam belajar.
8)
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
rasa menghargai atau menghormati temannya, menghargai pendapat orang lain, yang
mana mereka saling membantu kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama
(Roestiyah, 2001: 6).
Adapun aktivitas small group discussion dapat berupa:
1. Membangkitkan ide.
2. Menyimpulkan poin penting.
3. Mengasah tingkat skills dan pengetahuan.
4. Mengkaji kembali topik sebelumnya.
5. Menalaah latihan, quiz, tugas menulis.
6. Memproses outcome pembelajaran pada akhir kelas.
7. Memberi komentar tentang jalannya pembelajaran.
8. Membandingkan teori, isu dan interpretasi.
9. Menyelesaikan masalah.
10. Brainstroming.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari small group
discussion adalah :
1.
Menggali ide
2.
Menyimpulkan poin penting
3.
Mengakses banyak skill siswa
4.
Mengkaji kembali topik sebelumnya
5.
Membandingkan teori
6.
Untuk menyelesaikan masalah
7.
Saling membantu anggota kelompok
c.
Penggunaan dan Langkah-langkah
Langkah-langkah
merupakan tahapan yang akan dilakukan dalam melaksanakan kegiatan, dalam hal
ini adalah langkah-langkah dalam melaksanakan small discussion, yaitu :
1)
Bagi
kelas menjadi beberapa kelompok kecil (maksimal 5 siswa) dengan menunjuk ketua
dan sekretarisnya
2)
Berikan
soal studi kasus ( yang dipersiapkan oleh guru) sesuai dengan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
3)
Instrusikan
setipa kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut
4)
Pastikan
setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut
5)
Instruksikan
setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut
6)
Pastikan
setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi
7)
Instrusikan
setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya
dalam forum kelas
8)
Klarifikasikan,
penyimpulan dan tindak lanjut (guru).
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
belajar small group discussion, dapat berupa :
1.
Persiapan untuk diskusi
a.
Menyiapkan materi-materi untuk
didiskusikan
b.
Materi yang disiapkan bisa berasal dari
guru maupun siswa sendiri
2.
Pelaksanaan
a.
Mengatur waktu
b.
Menjelaskan hasil diskusi
c.
Guru mengontrol siswa dalam berdiskusi
3.
Pelaporan hasil
a.
Diskusi bisa dilakukan beberapa kali
b.
Hasil diskusi di catat dan ditunjukan
dengan sumber-sumbernya
D. Contoh materi Layanan
1.
Layanan informasi tentang “cara belajar
efektif”
2.
Layanan Informasi tentang “kiat sukses
dalam bergaul”
3.
Layanan Informasi tentang “kiat sukses
dalam belajar”
2. Model
Pembelajaran Role- Play & Simulation
a. Pengertian
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan
bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih
dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Model Pembelajaran Role Playing adalah suatu tipe Model pembelajaran Pelayanan
(Sercvice Learning). Model
pembelajaran ini adalah
suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan murid. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan murid
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benada mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa yang di
perankan (Komalasari: 2010).
Dapat disimpulkan pengertian dari role playing adalah Metode
pembelajaran dengan cara bermain peran, dimana peran itu disimulasikan/ di
pura-purakan.
b. Tujuan
Menurut
Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk:
(a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan
berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada
diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; (b) melatih
anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis;
dan (c) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan
bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
1. Untuk mempelajari indra dan rasa siswa terhadap
sesuatu. Artinya role playing bertujuan untuk melihat kepekaan siswa terhadap
peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.
2. Role Playing dimaksudkan
untuk memperoleh pemahaman dalam nilai dan rasa. Artinya role playing dimaksudkan
untuk memperoleh pemahaman terhadap suatu konsep, prinsip atau keterampilan
tertentu melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari role playing adalah sebagai berikut
:
1.
Untuk menghayati berbagai peran/
perasaan orang
2.
Menambah dan memperkaya sistem
pembelajaran tradisional
3.
Memberikan motivasi
4.
Memberikan keterampilan kehidupan nyata
c. Penggunaan
dan Langkah-langkah
1)
Guru
menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua
hari sebelum kbm
3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin
dicapai
5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk
melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
6) Masing-masing siswa duduk di kelompoknya,
masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan
7) Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa
diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil
kesimpulannya
9) Guru memberikan kesimpulan secara umum
10) Evaluasi
11) Penutup
Dari
keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah dari penggunaan role
playing adalah :
1. Persiapan
a.
Memberikan topik kepada siswa
b.
Bisa dibentuk dengan kelompok (small
group discussion)
c.
Siswa mencari informasi tentang perannya
tersebut dari berbagai sumber
2. Pelaksanaan
a.
Waktu yang digunakan
b.
Siswa memainkan peran masing-masing yang
telah di beri topik
3. Pelaporan
hasil
Siswa melaporkan hasil permainan
perannya dengan cara ditulis
D. Contoh materi layanan
1.
Layanan informasi tentang “pemilihan
karir” (dokter, guru, tentara, pilot, dll)
2.
Layanan Informasi informasi “tentang
peran keluarga” contohnya bagaimana menjadi ayah, ibu, kakak, adik, anak, dll)
3.
Layanan informasi tentang “penyelamatan
diri saat gempa”
3. Model
Pembelajaran Case Study
a. Pengertian
Case Study atau studi kasus adalah rangkuman
pengalaman pembelajaran (pengalaman mengajar) yang ditulis oleh seorang
guru/dosen dalam praktik pembelajaran mereka di kelas. Pengalaman tersebut
memberikan contoh nyata tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh guru pada
saat mereka melaksanakan pembelajaran.
Melalui pengkajian Case Study dalam
pembelajaran dengan segala komponennya, para guru dapat melakukan evaluasi diri
(self evaluation), dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktik pembelajaran
mereka di kelas.
Case Study ditulis dalam bentuk narasi dan
berisi pengalaman pembelajaran yang paling berkesan yang Anda ingat karena
kesuksesannya, kesulitan, atau pengalaman yang penuh problematika.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa case study
adalah Rangkuman
pengalaman pembelajaran yang di tugaskan kepada siswa (studi kasus) dimana
siswa di suruh mengamati sesuatu yang telah ditugaskan.
b. Tujuan
1)
Untuk
evaluasi diri (self evaluation) bagi guru untuk dapat memperbaiki dan sekaligus
dapat meningkatkan praktik pembelajaran mereka di kelas
2)
Untuk
membuka wawasan terhadap pembelajaran dan penanaman konsep bagaimana seharusnya
pembelajaran itu berlangsung
3)
Bisa belajar
dari kesalahan orang lain
4)
Menemukan
kekurangan dan kelabihan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman penulis
case study.
c. Penggunaan
dan Langkah-langkah
Kita perlu mengetahui pokok-pokok
keterampilan dari orang yang melakukan studi kasus tersebut terlebih dahulu
sebelum masuk lebih dalam. Di sini, Robert K. Yin juga menyempatkan diri untuk
membagi, sebagaimana berikut:
1)
Seseorang/siswa
harus mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang baik dan menginterpretasikan
jawaban-jawabannya
2)
Seseorang
harus menjadi “pendengar” yang baik dan tidak terperangkap oleh
ideologi-ideology atau prakonsepsinya
3)
Sesorang
hendaknya mampu menyesuaikan diri dan fleksibel agar situasi yang baru dialami
dapat dipandang sebagi pelaung dan bukan ancaman
4)
Seseorang
harus memiliki daya tangkap yang kuat terhadap isu-isu yang akan diteliti,
apakah hal ini berupa orientasi teoritis atau kebijakan, ataupun bahkan
berbentuk ekploratoris. Daya tangkap seperti inti mengurangi
peristiwa-peristiwa yang relevan dan informasi yang harus dipilih ke arah
proporsi yang bisa dikelola.
5)
Seseorang harus tidak
bias oleh anggapan-anggapan yang sudah ada sebelumnya; termasuk
anggapan-anggapan yang diturunkan dari teori. Karena itu, seseorang harus peka
dan responsive terhadap bukti-bukti yang kontradiktif
Metode untuk Mengembangkan Case Study, adalah sebagai
berikut :
a)
Seorang guru
menceritakan/menulis pengalaman yang sukses atau suatu permasalahan yang
menarik yang muncul saat pembelajaran dengan pokok bahasan atau topik tertentu.
Pengalaman yang diceritakan/dituliskan itu menggambarkan pemikiran guru
tersebut tentang mengapa permasalahan atau pengalaman tersebut menarik.
b)
Harus ditulis
sesegera mungkin supaya tidak mudah terlupakan
c)
Sebagai masukan dalam
penulisan, penulis narasi dapat mempedomani komentar-komentar guru lain (guru
mitra) yang ikut mengamati proses pembelajaran
d)
Persiapan guru
e)
RPP
f)
Pelaksanaan
Pembelajaran
• Kegiatan awal, inti, dan akhir
• Metode dan strategi pembelajaran
• Materi pembelajaran
• Evaluasi
• Ketercapaian tujuan pembelajaran
g)
Perilaku siswa
h)
Perasaan guru
(keberhasilan, kegagalan, dan persepsinya terhadap siswa)
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sebuah case study dalam bentuk narasi
pembelajaran, prosesnya adalah sebagai berikut.
1) Ada tim kolaborasi
(beberapa orang guru)
2) Ada persiapan-persiapan
prapembelajaran
3) Praktik
pembelajaran di kelas (ada yang berpraktik mengajar dan ada yang mengamati)
4) Pengamat
menuliskan komentarnya
5) Komentar yang
ditulis oleh pengamat tidak berupa “potret pembelajaran”, tetapi mengarah pada
proses pembelajaran dengan segala komponennya
6) Komentar pengamat
ditulis pada saat proses pembelajaran berlangsung
7) Pada akhir
pembelajaran, komentar pengamat diserahkan kepada guru yang berpraktik mengajar
8) Guru yang berpraktik
mengajar menuliskan pengalaman pembelajarannya dalam bentuk narasi pembelajaran
9) Narasi yang sudah
ditulis, diberi judul yang sesuai
10) Setelah menulis
narasi, guru juga menulis refleksi dengan cara membaca kembali narasi yang
ditulisnya, kemudian baru menuliskan refleksi.
11) Narasi yang sudah
ditulis dibaca oleh pengamat dan pengamat menuliskan komentarnya berdasarkan
narasi dan hasil pengamatan pembelajaran
12) Case study
dilengkapi dengan RPP dan hasil kerja siswa
13) Narasi memuat
semua hal yang dialami dan dirasakan guru dalam pembelajaran, termasuk di
dalamnya perilaku siswa.
Dapat disimpulkan langkah penggunnaa dari case study
adalah sebagai berikut :
1.
Siswa diberikan topik
2.
Siswa disuruh mengamati, menceritakan,
menuliskan, serta menganalisa topik yang diberikan
3.
Hasilnya bisa buat dalam bentuk tulisan
(laporan).
D. Contoh materi layanan
1.
Layanan informasi tentang “ cara belajar
yang baik” bisa dilihat melalu vidio, anak yang berprestasi”
2.
Layanan Informasi tentang “cara menjadi
orang yang sukses” bisa lansung bertanya dan mengamati orang-orang yang sukses
di sekeliling siswa
3.
Layanan Informasi tentang “ Bahaya
merokok”
4. Model
Pembelajaran Discovery Learning (DL)
a. Pengertian
Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan,
sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan)
kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa
konsep atau prinsip.
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar
yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada
generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam
belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui
suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam
proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara
lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini
siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru
hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran
discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan
mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba
sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode
pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam
proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing
dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur,
algoritma dan semacamnya.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1)
mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan
menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk
menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Blake et al. membahas tentang filsafat penemuan yang
dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga
tahap, yaitu: (1) mengklarifikasi; (2) menarik kesimpulan secara induksi; (3)
pembuktian kebenaran (verifikasi).
Dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah Metode
pembelajaran dengan cara siswa menemukan sendiri konsep atau prinsip.
b. Tujuan
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari
pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a.
Dalam penemuan siswa
memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan
menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika
penemuan digunakan
b.
Melalui pembelajaran
dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit mauun
abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan
yang diberikan
c.
Siswa juga belajar merumuskan
strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk
memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
d.
Pembelajaran dengan
penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling
membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain.
e.
Terdapat beberapa
fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
f.
Keterampilan yang
dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah
ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang
baru.
Dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari discovery learning adalah :
1.
Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan
untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran
2.
Siswa belajar menemukan pola dalam
situasi kongkrik maupun abstrak
Siswa bisa
menemukan sendiri sumber belajar yang ia perlukan
c. Penggunaan
dan Langkah-langkah
Langkah-langkah
pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
1. identifikasi kebutuhan siswa;
2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip,
pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;
3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi
siswa serta peranan masing-masing siswa;
5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan
dipecahkan;
7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan
penemuan;
8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan
oleh siswa;
9. memimpin analisis sendiri (self analysis)
dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
10. merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan
siswa;
membantu siswa
merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya
Langkah-langkah
pembelajaran discovery menurut Joyce, Weil, dan Calhoun (2000: 179-181) adalah
:
a) Guru menyajikan situasi problematik dan menjelaskan
kepada para siswa.
b) Pengumpulan data
dan verifikasi mengenai suatu informasi yang dilihat dan dialami (situasi
problematik)
c) Pengumpulan data
dan eksperimentasi, para siswa diperkenalkan dengan elemen baru kedalam situasi
yang berbeda.
d) Memformulasikan penjelasan
e) kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa langkah penggunaan
discovery learning adalah sebagai berikut:
1.
Guru memberikan topik
2.
Siswa pengumpulkan data dan
eksperimentasi melalui berbagai macam sumber belajar
3.
Siswa mendiskusikannya dikelas maupun
dengan kelompok
4.
Guru disini sebagai pengarah, petunjuj,
motivator, inovator
D. Contoh materi pelajaran
1.
Layanan informasi tentang kesehatan
reproduksi remaja
2.
Layanan informasi tentang penjurusan
5. Model
Pembelajaran Self Directed Learning (SDL)
a. Pengertian
Self Directed Learning (SDL) adalah suatu model di
mana antara proses dan kontrol siswa memiliki kaitan dan interaksi yang sangat
erat satu sama lainnya. SDL digambarkan sebagai suatu proses di mana individu
mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain dalam mendiagnosis
apa yang diperlukan dalam pembelajarannya, merumuskan target belajar,
mengidentifikasi manusia dan sumber daya material untuk belajar, memilih dan
mengimplemetasikan sesuai dengan strategi pembelajaran, dan mengevaluasi hasil
belajar. Menurut Knowles (dalam Zulharman, 2008), SDL didefinisikan sebagai
sesuatu proses di mana seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan
orang lain, untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan
belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber–sumber
belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai serta
mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Ricard (2007) mendefinisikan SDL adalah
proses di mana siswa dilibatkan dalam mengidentifikasi apa yang perlu untuk
dipelajari dan menjadi pemegang kendali dalam menemukan dan mengorganisir
jawaban. Hal ini berbeda dengan belajar sendiri di mana guru masih boleh menyediakan
dan mengorganisir material pendidikan, tetapi siswa belajar sendiri atau
berkelompok tanpa kehadiran guru. Selain itu Merriam dan Caffarela (dalam
Zulharman, 2008) menyatakan SDL sebagai suatu metode belajar di mana pelajar
mempunyai tanggung jawab yang utama dalam perencanaan, pelaksanakan dan
penilaian hasil belajar.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian dari self directed learninga adalah Metode
pembelajaran yang mengajak siswa mengambil inisiatif, mendiagnosis apa yang diperlukan merumuskan, mengidentifikasi, serta
mengevaluasi secara sendiri.
b. Tujuan
1)
Agar
siswa mampu mengambil tindakan
2)
Agar
siswa mampu mengajukan pertanyaan
3)
Agar
siswa bisa membuat pilihan
4)
Agar
siswa bisa membangun kesadaran
5)
Agar
siswa mampu membangun kerjasama
6)
Agar
siswa mampu membuat rencana
7)
Agar
siswa mandiri mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri
8)
Agar
siswa mandiri menentukan hasil akhir
c. Penggunaan
dan Langkah-langkah
Menurut Hiemstra (dalam Sunarto, 2008),
langkah-langkah pembelajaran SDL terbagi menjadi 6 langkah yaitu:
1) preplanning (aktivitas awal proses
pembelajaran)
2) menciptakan lingkungan belajar yang positif
3) mengembangkan rencana pembelajaran
4) mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang
sesuai
5) melaksanakan kegiatan pembelajaran dan monitoring
6) mengevaluasi hasil belajar individu.
D.
Contoh materi Layanan
1.
Merencanakan topik
2.
Menciptakan lingkungan belajar
3.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
monitoring
4.
Mengevaluasi hasil belajar siswa
6. Model
Pembelajaran Cooperative Learning (CL)
a. Pengertian
Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai
tujuan bersama. Dalam kegiatan Cooperative
Learning, mahasiswa secara individual mencari hasil yang
menguntungkan bagi seluruh kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama
untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
tersebut. Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa Cooperative
Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari empat sampai 6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat
heterogen. Dan dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung
pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual maupun
secara kelompok.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian dari cooperative
learning adalah Model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok, yang kelompoknya dibagi oleh guru dan anggota
kelompoknya bersifat heterogen
b. Tujuan
1) Meningkatkan hasil belajar akademik
Meskipun pembelajaran kooperatif
meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit.
2) Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada
siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung
satu sama lain atas tugas – tugas bersama.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain.
3. Penggunaan
dan Lanngkah-langkah
Langkah-langkah dalam penggunan model Cooperative
Learning secara umum (Stahl, 1994, Slavin, 1983) dapat dijelaskan
secara operasional sebagai berikut:
1. Langkah pertama,
yang dilakukan guru adalah merancang rencana program pembelajaran.
Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang
ingin dicapai dalam pembelajaran. guru juga menetapkan sikap dan keterampilan
sosial. Guru harus mengorganisasikan
materi dan tugas-tugas mahasiswa yang mencerminkan sistem kerja dalam kelompok
kecil. Untuk memulai pembelajaran, guru harus menjelaskan tujuan dan sikap
serta ketrampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh mahasiswa
selama pembelajaran. Hal ini mutlak harus guru, karena dengan demikian
mahasiswa bisa mengetahui dan memahami apa yang harus dilakukannya selama
selama proses belajar mengajar berlangsung.
2. Langkah
kedua, dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar
observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar
secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Guru menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan
agar mahasiswa mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang
diajarkan. Langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah menggali pengetahuan
dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran berdasarkan apa yang telah
dipelajari. Berikutnya guru membimbing siswa untuk membuat kelompok pemahaman
dan konsepsi dosen terhadap siswa secara individual untuk menemukan kebersamaan
dari kelompok yang terbentuk. Kegiatan ini dilaksanakan sambil menjelaskan tugas
yang harus dilakukan siswa dalam kelompoknya masing-masing. Dan pada saat siswa
belajar secara kelompok, maka dosen mulai melakukan monitoring dan
mengobservasi kegiatan belajar mahasiswa berdasarkan lembar observasi yang
telah dirancang sebelumnya.
3. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa,
guru mengarahkan dan membimbing mahasiswa baik secara individual maupun
kelompok dari segi memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pemberian pilihan dan kritik
membangun dari guru kepada siswa merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan oleh guru pada saat siswa bekerja dalam kelompoknya. Di samping
itu, pada saat kegiatan kelompok berlangsung ketika siswa terlibat dalam
diskusi dalam kelompoknya masing-masing, guru secara periodik memberikan
layanan kepada siswa baik secara individual maupun secara klasikal.
4. Langkah
keempat, guru memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari
masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi
kelas ini, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk
mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau
hasil kerja yang telah ditampilkannya.
D. Contoh materi learning
Layanan informasi
“Etika bergaul ( menegur orang lain)”
7. Model
Pembelajaran Collaborative Learning (CbL)
a. Pengertian
Collaborative
Learning adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar
mahasiswa yang didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota
kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open
ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja
kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan
bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya
ditentukan melalui consensus bersama antar anggota kelompok.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian collaborative
learning adalah Metode pembelajaran yang menitik
beratkan pada kerja sama siswa dengan
consensus (kesepakatan) yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok, dimana
anggota kelompok ada kesamaan minat (bersifat homogen).
b. Tujuan
1)
Mengembangkan
pribadi peserta didik sesuai dengan karakteristik
2)
Peserta
didik bisa berbagi peran sesuai dengan kelebihan karakter masing-masing,
sehingga kelompok diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan masing-masing
anggota.
3)
Dinamika
dalam proses pembelajaran dapat diatur sendiri oleh kelompok subjek didik,
ketergantungan pada guru diperkecil dan kemandirian subjek didik lebih besar.
4)
Guru
dapat berkonsentrasi pada rancangan struktur tematik pembelajaran (perencanaan)
dan fasilitas.
c. Penggunaan
dan Langkah-langkah
Johnsong & holubec (1991), mengidentifikasi 5 prosedur :
1)
Possitive
interpendence, tiap peserta kelompok merasa butuh anggota kelompok lain untuk
menyelesaikan tugas mereka (berhasil atau gagal bersama) mengembangkan tujuan
bersama, berbagi informasi, berbagi tugas (pembuat kesimpulan, pengatur
partisipasi, pencatat, pengatur waktu, koordinator/pemimpin, dan lain-lain).
2)
Face to
face promotive intertion, tiap anggota merangsang kegiatan belajar anggota lain
dengan membantu persoalan yang dihadapi anggota lain, menereangkan, diskusi, berbagai
pendapat dan informasi
3)
Individual
accountability, tiap anggota kelompok menunjukan kinerja yang menggambarkan
tanggung jawabnya secara pribadi bagi kelompok atau bagi dirinya sendiri.
4)
Interpersonal
and small group skills, kelompok tidak dapat berfungsi efektif manakala
anggotanya tidak dapat memiliki dan menggunakan keterampilan sosialnya dengan
baik. Keterampilan sosial ini perlu ditransformasikan menjadi keterampilan
akademik.
5)
Group
processing, kelompok membutuhkan waktu untuk mendiskusikan bagaimana kelompk
dapat mencapai tujuan kelompok dan bagaimana mempertahankan kinerja efektif
kelompok melalui interaksi positif di antara kelompok. Persoalan menyagkut
kebutuhan kepemimpinan kolektif, dan guru dapat memonitor perkembangan soft
skill ini.
Dapat disimpulkan bahwa langkah penggunaan
model pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1.
Para siswa dalam kelompok menetapkan
tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri
2.
Semua siswa dalam kelompok membaca,
berdiskusi, menganalisis dan menulis sendiri
D.
Contoh materi layanan
Layanan informasi mengeai “Persiapan karir (di kelompokan berdasarkan kesamaan minat
akan cita-cita siswa)”
8. Model
Pembelajaran Contextual Instruction (CL)
a. Pengertian
Contextual Instruction (CI) adalah konsep belajar pada
sekolah yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi nyata
dalam kehidupan sehari-hari untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan
1)
Untuk
memotivasi siswa membuat keterhubungan anatara pengetahuan dan aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari.
2)
Membantu
siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengkaitkannya terhadap konteks
kehidupan mereka sehari-hari ( konteks pribadi, sosial, dan kultural), sehingga
siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk
mengkonstruksi sendiri secra aktif pemahamannya.
c. Penggunaan
dan Lanngkah-langkah
1)
Membahas
konsep teori
2)
Mengakaitnya
dengan situasi yang nyata
3)
Melakukan
studi lapaangan/ terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori.
D. Contoh materi layanan
1.
Memberikan layanan informasi tentang Disiplin
sekolah
2.
Memberikan
layanan informasi tentang Karir (model)
9. Model
Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
a. Pengertian
Project
Based Learning adalah model belajar siswa yang sistematis, yang melibatkan siswa
dalam belajar melalui proses pencarian/penggalian yang panjang dan terstruktur
terhadap pertanyaan yang otentikdan kompleks serta tugas dan produk yang
dirancang dengan sangat hati-hati.
b. Tujuan
1)
Untuk
memotivasi siswa agar dapat menstimulasi motivasi, proses, dan meningkatkan
prestasi belajar siswa.
2)
Agar
siswa menjadi kreatif berpikir, bisa memecahkan masalah dan dapat berinteraksi
mengarahkan untuk penyelesaian masalahnya.
c. Penggunaan
dan Langkah-langkah
Dalam menerapkan project-based learning,
guru harus memperhatikan langkah-langkah implementasinya. Menurut I Wayan
Santyasa (2006:12), implementasi project-based learning mengikuti
lima langkah utama, yaitu sebagai berikut:
1) Menetapkan tema proyek
Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator
berikut: (a) memuat gagasan umum dan orisinil, (b) penting dan menarik, (c)
mendeskripsikan masalah kompleks, (d) mencerminkan hubungan berbagai gagasan,
(e) mengutamakan pemecahan masalah ill defined.
2) Menetapkan konteks belajar
Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator
berikut: (a) pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata,
(b) mengutamakan otonomi siswa, (c) melakukan inquiry dalam
konteks masyarakat, (d) siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efisien,
(e) siswa belajar penuh dengan kontrol diri, (f) mensimulasikan kerja secara
profesional.
3) Merencanakan
aktivitas-aktivitas
Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek
adalah sebagai berikut: (a) membaca, (b) meneliti, (c) observasi, (d)
interview, (e) merekam, (f) mengunjungi obyek yang berkaitan dengan proyek, (g)
akses internet.
4) Memeroses
aktivitas-aktivitas
Indikator-indikator memeroses aktivitas meliputi
antara lain: (a) membuat sketsa, (b) melukiskan analisa, (c) menghitung, (d)
men-generate, (e) mengembangkan prototipe.
5. Penerapan
aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek
Langkah-langkah yang dilakukan, adalah: (a) mencoba
mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (b) menguji langkah-langkah yang telah
dikerjakan dan hasil yang diperoleh, (c) mengevaluasi hasil yang telah
diperoleh, (d) merevisi hasil yang telah diperoleh, (d) melakukan daur ulang
proyek yang lain, dan (e) mengklasifikasi hasil terbaik.
Adria Steinberg (dalam Patton, 2012:40)
telah mengembangkan seperangkat prinsip untuk membuat
desain dalam project-based learning, dikenal dengan
istilah The Six As. Prinsip ini sangat berpengaruh dalam menentukan
level kualitas desain suatu proyek. Keenam prinsip itu adalah: (1) Authenticity (keautentikan);
(2) Academic Rigor(ketaatan terhadap nilai akademik), (3) Applied
Learning (belajar pada dunia nyata), (4)Active Exploration (aktif
meneliti), (5) Adult Relationship (hubungan dengan ahli), dan
(6) Assessment (penilaian).
Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based
Leraning sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational
Foundation (2005) terdiri dari :
a.
Start With the Essential Question
Pembelajaran
dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik
yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relefan
untuk para peserta didik.
b. Design a Plan for
the Project
Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian
peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Create a Schedule
Pengajar
dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline
untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian
proyak, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4)
membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang pemilihan suatu cara.
d. Monitor the Students
and the Progress of the Project
Pengajar
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi
mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat
sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
e. Assess the Outcome
Penilaian
dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan
dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik
tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Evaluate the Experience
Pada
akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan
proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan
yang diajukan.
D. Contoh materi layanan
1.
Merokok (melaksanakan penelitian tentang
rokok : zat-zat yang terkandung di dalam rokok)
2.
Dampak seks bebas (HIV/AIDS)
3.
Karir (mewawancarai berbagai profesi dan
pekerjaan)
10. Model
Pembelajaran Problem Based Learning and Iquiry (PBL)
a. Pengertian
Pembelajaran problem based learning and inquiry adalah metode belajar siswa
dengan memanfaatkan masalah dan siswa harus melakukan pencarian/penggalian
informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut.
b. Tujuan
1)
Agar
peserta didik mampu membuat sebuah
keputusan
2)
Agar
peserta didik mampu memecahkan permasalahan yang diajukan kepada peserta didik
3)
Agar
peserta didik mampu mendesain proses untuk menemukan solusi atas permasalahan
yang diajukan.
4)
Agar
peserta didik mampu bertanggungjawab untuk mengakses dan mengolola informasi
untuk memcahkan permasalahan
5)
Agar
peserta didik mampu mewujudkan situasi yang toleran.
c. Penggunaan
dan Langkah-langkah
Pemberian tugas (kelompok/ individual)
a.
Mengidentifikasi jenis-jenis topik yang
diberikan
b.
Mendiskusikan hal-hal yang melatar
belakangi topik
c.
Mendiskusikan solusinya/ penyelesaian
masalahnya
d.
Mempersentasikan hasil diskusi
D.
Contoh materi layanan
1.
Penegakan disiplin sekolah (absen,
merokok, tidak memakai atribut sekolah)
2.
Narkoba
3.
Dampak Internet
4.
Dampak pergaulan bebas
5.
Menjadi pribadi yang menarik
Tidak siap menghadapi
ujian.
Sumber
Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
C.
Ridwan. (2009) . Problem Based Learning.Diakses dari (http://ridwan13.wordpress.com) tanggal
10 Maret 2012 pukul 1.47 WIB.
Dimyati dan Mujiono. (2002). Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Harsono. (2004). Pengantar Problem Based Learning.
Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.
Johnson, D. W & johnson R.T. 1991. Learning Together
and aloone: cooperative, competitive, and individualistic learning (3rd
edition), upper saddle river, NJ: Prentice-hall.
Koyan,
I Wayan. 2004. Konsep Dasar dan Teknik Evaluasi Hasil
Belajar. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Komalasari
Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama
Mc. Taggart, Robin and Stephen Kemmis. (1991). Action
Research A Short Modern History. Victoria: Deakin University.
Robert. K. Yin. 2006. Studi Kasus; Desain dan Metode.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nana Sudjana. (2010) . Dasar-dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Roestiyah,
N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Suharsimi Arikunto , Suhardjono & Supardi. (2006). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Santyasa,
I Wayan. 2004. Pengaruh Model dan Seting Pembelajaran
terhadap Remidiasi
Zulherman. (2008). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarata: Bumi Aksara
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
NO
|
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
|
PEMBEDA
|
URAIAN
|
1
|
Small Group
Discussion
|
Pengertian
|
Metode pembelajaran
yang membahas suatu topik yang dilakukan oleh kelompok kecil yang terdiri
dari 4-5 orang antara siswa dengan siswa
|
Tujuan
|
8. Menggali
ide
9. Menyimpulkan
poin penting
10. Mengakses
banyak skill siswa
11. Mengkaji
kembali topik sebelumnya
12. Membandingkan
teori
13. Untuk
menyelesaikan masalah
14. Saling
membantu anggota kelompok
|
||
Penggunaan
|
4. Persiapan
untuk diskusi
c.
Menyiapkan materi-materi untuk
didiskusikan
d.
Materi yang disiapkan bisa
berasal dari guru maupun siswa sendiri
5. Pelaksanaan
d.
Mengatur waktu
e.
Menjelaskan hasil diskusi
f.
Guru mengontrol siswa dalam
berdiskusi
6. Pelaporan
hasil
c.
Diskusi bisa dilakukan beberapa
kali
d.
Hasil diskusi di catat dan
ditunjukan dengan sumber-sumbernya
|
||
Contoh materi
layanan
|
4. Layanan
informasi tentang “cara belajar efektif”
5. Layanan
Informasi tentang “kiat sukses dalam bergaul”
6. Layanan
Informasi tentang “kiat sukses dalam belajar”
|
||
2
|
Role-Play/
Simulation
|
Pengertian
|
Metode
pembelajaran dengan cara bermain peran, dimana peran itu disimulasikan/ di
pura-purakan
|
Tujuan
|
5. Untuk
menghayati berbagai peran/ perasaan orang
6. Menambah
dan memperkaya sistem pembelajaran tradisional
7. Memberikan
motivasi
8. Memberikan
keterampilan kehidupan nyata
|
||
Penggunaan
|
4. Persiapan
d.
Memberikan topik kepada siswa
e.
Bisa dibentuk dengan kelompok
(small group discussion)
f.
Siswa mencari informasi tentang
perannya tersebut dari berbagai sumber
5. Pelaksanaan
c.
Waktu yang digunakan
d.
Siswa memainkan peran
masing-masing yang telah di beri topik
6. Pelaporan
hasil
Siswa melaporkan hasil permainan perannya dengan
cara ditulis
|
||
Contoh materi
layanan
|
4. Layanan
informasi tentang “pemilihan karir” (dokter, guru, tentara, pilot, dll)
5. Layanan
Informasi informasi “tentang peran keluarga” contohnya bagaimana menjadi
ayah, ibu, kakak, adik, anak, dll)
6. Layanan
informasi tentang “penyelamatan diri saat
gempa”
|
||
3
|
Discovery
Learning
|
Pengertian
|
Metode
pembelajaran dengan cara siswa menemukan sendiri konsep atau prinsip.
|
Tujuan
|
3. Dalam
penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran
4. Siswa
belajar menemukan pola dalam situasi kongkrik maupun abstrak
5. Siswa
bisa menemukan sendiri sumber belajar yang ia perlukan
|
||
Penggunaan
|
5. Guru
memberikan topik
6. Siswa
pengumpulkan data dan eksperimentasi melalui berbagai macam sumber belajar
7. Siswa
mendiskusikannya dikelas maupun dengan kelompok
8. Guru
disini sebagai pengarah, petunjuj, motivator, inovator
|
||
Contoh materi
layanan
|
3. Layanan
informasi tentang kesehatan reproduksi remaja
4. Layanan
informasi tentang penjurusan
|
||
4
|
Case Study
|
Pengertian
|
Rangkuman
pengalaman pembelajaran yang di tugaskan kepada siswa (studi kasus) dimana
siswa di suruh mengamati sesuatu yang telah ditugaskan.
|
Tujuan
|
1. Untuk
mengevaluasi diri
2. Untuk
membuka wawasan terhadap pembelajaran dan penanaman konsep bagaimana
seharusnya pembelajaran itu berlangsung
3. Menemukan
kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman studi
kasus
|
||
Penggunaan
|
4. Siswa
diberikan topik
5. Siswa
disuruh mengamati, menceritakan, menuliskan, serta menganalisa topik yang
diberikan
6. Hasilnya
bisa buat dalam bentuk tulisan (laporan)
|
||
Contoh materi
layanan
|
4. Layanan
informasi tentang “ cara belajar yang baik” bisa dilihat melalu vidio, anak
yang berprestasi”
5. Layanan
Informasi tentang “cara menjadi orang yang sukses” bisa lansung bertanya dan
mengamati orang-orang yang sukses di sekeliling siswa
6. Layanan
Informasi tentang “ Bahaya merokok”
|
||
5
|
Self Directed
Learning
|
Pengertian
|
Metode
pembelajaran yang mengajak siswa mengambil inisiatif, mendiagnosis apa yang
diperlukan merumuskan,
mengidentifikasi, serta mengevaluasi secara sendiri.
|
Tujuan
|
1. Agar
siswa mampu mengambil tindakan
2. Agar
siswa mampu mengajukan pertanyaan
3. Agar
siswa bisa membuat pilihan
4. Agar
siswa membangun kerjasama
5. Agar
siswa mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri
6. Agar
siswa mandiri menentukan hasil akhir
|
||
Penggunaan
|
5. Merencanakan
topik
6. Menciptakan
lingkungan belajar
7. Melaksanakan
kegiatan pembelajaran dan monitoring
8. Mengevaluasi
hasil belajar siswa
|
||
Contoh Materi
layanan
|
1. Seminar tentang cara jitu lulus UN
2. Seminar tentang cara jitu lulus SNMPTN
|
||
6
|
Cooperative
Learning
|
Pengertian
|
Model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok, yang
kelompoknya dibagi oleh guru dan anggota kelompoknya bersifat heterogen
|
Tujuan
|
1. Meningkatkan
hasil belajar siswa
2. Penerimaan
terhadap keragaman
3. Pengembangan
keterampilan-keterampilan sosial
|
||
Penggunaan
|
1. Merancang
rencana program pembelajaran
2. Mengaplikasikan
pembelajaran di kelas
3. Melakukan
observasi terhadap kegiatan siswa
4. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempersentasikan hasil kerjanya.
|
||
Contoh
materi Layanan
|
Etika bergaul
( menegur orang lain)
|
||
7
|
Collaborative
Learning
|
Pengertian
|
Metode
pembelajaran yang menitik beratkan pada kerja sama siswa dengan consensus (kesepakatan) yang
dibangun sendiri oleh anggota kelompok, dimana anggota kelompok ada kesamaan
minat (bersifat homogen).
|
Tujuan
|
1. Mengembangkan
pribadi peserta didik sesuai dengan karakteristik
2. Peserta
didik bisa berbagi peran sesuai dengan kelebihan karakter masing-masing
3. Dinamika
dalam proses pembelajaran dapat diatur sendiri oleh kelompok
4. Masing-masing
siswa bisa mencari sumber belajar dari manapun
|
||
Penggunaan
|
3. Para
siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas
sendiri-sendiri
4. Semua
siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, menganalisis dan menulis sendiri
|
||
Contoh materi
layanan
|
Persiapan
karir (di kelompokan berdasarkan
kesamaan minat akan cita-cita siswa)
|
||
8
|
Contextual
Instruction
|
Pengertian
|
Metode
pembelajaran dengan cara apa yang dibahas dikaitkan dengan diri siswa
|
Tujuan
|
|||
Penggunaan
|
1. Materi
2. Model
(ditemtukan dan diamati)
3. Memberikan
pertanyaan yang bersifat terbuka kepada siswa
|
||
Contoh materi
layanan
|
3. Disiplin
sekolah
4. Karir
(model)
|
||
9
|
Project
Based Learning dan Inquiry
|
Pengertian
|
Model belajar
siswa yang sistematis, yang melibatkan siswa dalam belajar menemukan sendiri
melalui proses pencarian/penggalian yang panjang dan terstruktur terhadap
pertanyaan yang otentik kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan
sangat hati-hati.
|
Tujuan
|
1. Untuk
memotivasi siswa agar dapat menstimulasi motivasi, proses, dan meningkatkan
prestasi belajar siswa
2. Agar
siswa menjadi kreatif berpikir, bisa memecahkan masalah dan dapat
berinteraksi mengarahkan untuk penyelesaian masalah
|
||
Penggunaan
|
1. Meneteapkan
proyek
2. Menetapkan
konteks belajar
3. Merencakan
aktivitas-aktivitas
4. Memproses
aktivitas
5. Penerapan
aktivitas
|
||
Contoh materi
layanan
|
4. Merokok
(melaksanakan penelitian tentang rokok : zat-zat yang terkandung di dalam
rokok)
5. Dampak
seks bebas (HIV/AIDS)
6. Karir
(mewawancarai berbagai profesi dan pekerjaan)
|
||
10
|
Problem based
learning
|
Pengertian
|
Suatu metode pembelajaran yang ditandai oleh
adanya masalah nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar kritis dan
memiliki keterampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan.
|
Tujuan
|
1.
Agar peserta didik mampu membuat
sebuha keputusan
2.
Agar peserta didik mampu
memecahkan permasalahan yang diajukan kepada peserta didik
3.
Agar peserta didik mampu
mendesain proses untuk menemukan solusi atas permasalah yang diajukan
4.
Agar peserta didik mampu
bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola
5.
Agar peserta didik mampu
mewujudkan situasi yang toleran
|
||
Penggunaan
|
1. Pemberian
tugas (kelompok/ individual)
e.
Mengidentifikasi jenis-jenis
topik yang diberikan
f.
Mendiskusikan hal-hal yang
melatar belakangi topik
g.
Mendiskusikan solusinya/
penyelesaian masalahnya
h.
Mempersentasikan hasil diskusi
|
||
Contoh materi
layanan
|
6. Penegakan
disiplin sekolah (absen, merokok, tidak memakai atribut sekolah)
7. Narkoba
8. Dampak
Internet
9. Dampak
pergaulan bebas
10. Menjadi
pribadi yang menarik
11. Tidak
siap menghadapi ujian
|
TUGAS 1
KONSELING FORMAT KLASIKAL
(MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN)
Dosen
Mata Kuliah :
1.
Dr.
Riska Ahmad, M. Pd, Kons
2.
Drs.
Yusri Rafsyam, M. Pd, Kons
Oleh
:
Puji
Gusri Handayani, S. Pd
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KONSELOR
(PPK-SM3T)
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013