SOSIOMETRI
A.
Pengertian
dan sejarah Sosiometri
Menurut Gantina Komala Sari,
sosiometri merupakan metode pengumpulan data tentang pola struktur hubungan
antara individu-individu dalam suatu kelompok. Sosiometri merupakan salah satu
cara yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan yang ada diantara anggota
dalam satu kelompok. Menurut Tohirin (2009:231) sosiometri merupakan alat
(instrumen) untuk mengumpulkan data tentang hubungan-hubungan sosial dan
tingkah laku sosial siswa. Menurut W.S. Winkel (1997:293) sosiometri merupakan
suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu
kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10–50 orang), berdasarkan
preferensi antara anggota kelompok satu sama lain.
Mula-mula dikembangkan oleh Moreno
dan Jenning (1934). Metode ini di dasarkan pada pemikiran bahwa kelompok
mempunyai struktur yang terdiri dari hubungan-hubungan interpersonal yang
kompleks. Posisi setiap individu dan hubungan-hubungan yang terjadi dalam
struktur kelompoknya dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil
pengolahan sosiometri akan diperoleh gambaran jumlah skor yang diperoleh setiap
orang, pola hubungan, dan posisi peserta didik dalam kelompok.
B.
Bentuk-Bentuk
Hubungan dalam sosiometri
1) Hubungan
sosial segitiga menggambarkan intensitas hubungan tiga orang individu
2) Hubungan
sosial terpusat, menggambarkan tingakat popularitas seorang individu dalam
kelompok
3) Hubungan
sosial Intim, menggambarkan hubungan beberapa orang yang saling memilih satu
dengan yang lain dengan intensitas hubungan yang kuat
4) Hubungan
sosial berbentuk jala, menggambarkan pola yang bersifat menyeluruh di mana
setiap anggota saling berelasi. Bentuk hubungan ini memiliki intensitsa yang
kuat, seluruh kelompok sebagai satu kesatuan yang sukar untuk dipisahkan dan
ketidakhadiran seseorang dalam kelompok tidak akan menyebabkan perpecahan atau
kerapuhan suatu kelompok.
5) Hubungan
berbentuk rantai. Menggambarkan pola hubungan searah atau sepihak dan tidak
menyeluruh. Intensitas hubungannya rendah, sehingga relasi kelompok mudah
rapuh.
C.
Tipe-tipe
Sosiometri
1) Nominatif
Pada tipe ini kepada
setiap individu dalam kelompok ditanyakan, siapa-siapa kawan yang
disenangi/tidak disenangi untuk diajak melakukan sesuatu aktivitas tertentu.
Pilihan harus ditulis berurutan dari pihak pertama (paling disenangi), pilihan
kedua, ketiga, dst. Pilihan pertama diberi skor 3, pilihan kedua diberi skor 2,
dan ketiga di beri skor 1.
Contoh angket
sosiometri bentuk nominatif, bentuk pertanyaannya :
a) Siapa
teman yang sesuai untuk bekerja sama
b) Siapa
kawan terbaik
c) Siapa
teman yang disukai untuk kerja kelompok
d) Kepada
siapa anda berbagi dalam kesukaran? Apa alasannya
e) Teman
yang paling tepat untuk menjadi ketua kelas adalah?alasannya?
Hasil
penggunaan angket nominati diperoleh data sebagai berikut :
(1) Luas
tidaknya hubungan sosial seseorang berdasarkan sedikit banyaknya mendapat
pilihan dari teman-temannya.
(2) Intensitas
hubungan seseorang berdasarkan nomor urutan pilihan yang ditujukan padanya
(3) Struktur
hubungan yang terjadi dalam kelompok (sosiogram)
(4) Status
hubungan (analisis indeks) pemilihan, penolakan, atau status pemilihan dan
penolakan
2) Skala
Bertingkat
Pada tipe skala
bertingkat, disediakan sejumlah pertanyaan yang disusun bertingkat, dari
pernyataan yang menyatakan hubungan
paling dekat, sampai hubungan paling jauh. Pada setiap pernyataan inidividu
diminta menuliskan nama salah seorang temannya, sesuai dengan jarak
hubungannya. Pilihan pertama diberi skor 2, kedua skor 1, ketiga skor 0,
keempat skor -1, kelima skor -2. Hasilnya diperoleh gambaran status hubungan
sosial setiap individu.
Contoh pertanyaan
sosiometri skala bertingkat :
(a) Saya
sangat senang bersama dan salaing membantu dengan.....
(b) Saya
menyenangi kerja sama dan bercakap-cakap dengan.....
(c) Saya
dapat bergaul dan bersama dalam kegiatan sekolah dengan.....
(d) Saya
tidak begitu akrab dengan..................
(e) Saya
tidak senang dengan........
3) Siapa
Dia
Tipe sosiometri siapa
dia, disediakan pertanyaan tentang sifat-sifat individu. Sebagian pernyataan
mengungkapkan sifat positif dan sebagian negatif. Setiap anggota diminta
memeilih kawannya yang memiliki sifat yang cocok dengan pernyataan tersebut.
Setiap individu dapat memilih lebih dari satu orang. Pilihan item (+) mendapat
skor 1, item (-) mendapat skor -1.
Contoh pertanyaan
sosiometri siapa dia :
(a) Teman
yang hampir tidak pernah marah adalah..........
(b) Teman
yang sering murung adalah......
(c) Teman
yang dapat bekerjasama adalah....
(d) Teman
yang periang adalah....
(e) Teman
yang angkuh adalah....
(f) Teman
yang dapat dipercaya berbagi masalah adalah....
(g) Teman
yang mudah bergaul adalah.....
D. Ciri-ciri Penggunaan Sosiometri
Menurut W.S. Winkel (1997:294) ciri khas penggunaan angket sosiometri atau tes sosiometri, yang
terikat pada situasi pergaulan sosial tertentu adalah:
1.
Dijelaskan kepada siswa yang
tergabung dalam suatu kelompok, misalnya satuan
kelas, bahwa akan dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil ( 4-6 orang ) dalam
rangka mengadakan kegiatan tertentu, seperti belajar kelompok dalam kelas,
rekreasi bersama ke pantai, dsb. Kegiatan tertentu itu merupakan situasi pergaulan sosial ( criterion ) yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan.
kelas, bahwa akan dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil ( 4-6 orang ) dalam
rangka mengadakan kegiatan tertentu, seperti belajar kelompok dalam kelas,
rekreasi bersama ke pantai, dsb. Kegiatan tertentu itu merupakan situasi pergaulan sosial ( criterion ) yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan.
2.
Setiap siswa diminta untuk
menulis pada blanko yang disediakan nama beberapa teman di dalam kelompok,
dengan siapa dia ingin dan lebih suka melakukan kegiatan itu.
3.
Setiap siswa dalam kelompok
menangkap dengan jelas kegiatan apa yang
dimaksud, dan mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi semua.
dimaksud, dan mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi semua.
4.
Pilihan-pilihan dinyatakan
secara rahasia dan hasil keseluruhan pemilihan juga dirahasiakan. Hal ini
mencegah timbulnya rasa tidak enak pada siswa, yang tidak suka
pilihannya diketahui umum atau akan mengetahui bahwa ia tidak dipilih. Ciri kerahasiaan
juga memungkinkan bahwa dibentuk kelompok-kelompok kecil yang tidak
seluruhnya sesuai dengan pilihan-pilihan siswa.
5.
Biasanya siswa diminta untuk
menyatakan siapa yang mereka pilih, bukan siapa yang tidak mereka pilih
dalam urutan tidak begitu disukai, kurang disukai, tidak disukai, sama
sekali tidak disukai. menyatakan pilihan yang negatif mudah dirasakan
sebagai beban psikologis.
6.
Tenaga kependidikan yang dapat
menerapkan tes sosiometri adalah guru bidang studi, wali kelas, dan guru bimbingan dan konseling, tergantung
dari kegiatan yang akan dilakukan.
E.
Langkah
penyusunan angket sosiometri
1. Menetapkan
tujuan penggunaan angket sosiometri merupakan langkah awal yang penting
dilakukan guru pembimbing agar dapat menetapkan tipe angket sosiometri apa yang
tepat dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
2. Menyususn
angket sosiometri sesuai dengan pilihan tipe yang ditetapkan sesuai tujuan
pelaksanaan asesmen.
Hal penting dalam
menyususn angket adalah merumuskan pertanyaan atau pernyataan yang sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Apabila memilih angket sosiometri nominatif,
maka guru BK menetapkan pernyataan sesuai dengan data apa yang akan dikumpulkan
dari peserta didik.
F.
Langkah
pengadministrasian
1. Persiapan
a. Menentukan
kelompok peserta diddik yang akan diukur
b. Mempersiapkan
angket sosiometri sesuai tujuan
c. Membuat
satuan layanan asesmen
2. Pelaksanaan
a. Memberikan
verbal setting ( menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data)
b. Membagi
angket sosiometri
c. Menjelaskan
cara mengerjakannya
d. Memeriksa
apakah sudah benar mengisinya
e. Mengumpulkan
kemabali angket setelah selesai
3. Pengolahan
dan analisis data
a. Memeriksa
kelengkapan hasil angket
b. Membuat
tabulasi hasil menghitung skor yang diperoleh setiap individu
c. Membuat
sosiogram berdasarkan hasil tabulasi skor
d. Menghitung
indeks pemilihan
e. Membuat
analisis hubungan sosial dari hasil sosiogram dan perolehan skor individu.
G.
Langkah
pengolahan dan analisis
1. Memeriksa
kelengkapan hasil angket
Konselor melakukan
pengecekan pada angket yang telah diisi peserta didik untuk melihat kelengkapan
data pribadi dan kelengkapan jawaban yang dibuat setiap peserta didik, sehingga
datanya memiliki kelayakan untuk diolah dan dianalis.
2. Membuat
tabulasi hasil dan menghitung skor yang diperoleh
a. Setiap
individu, dengan cara memberi bobot pada setiap jawaban yang dibuat peserta
didik. Lalu membuat tabulasinya.
b.
Yang dipilih
Pemilih
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
|
1
|
|
|
1
|
|
3
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
1
|
2
|
|
|
|
|
|
3
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
4
|
|
1
|
|
|
2
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
2
|
|
3
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
1
|
|
3
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
1
|
|
|
|
2
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
|
3
|
|
|
2
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
9
|
|
|
|
|
1
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
3
|
|
2
|
|
11
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
1
|
3
|
|
12
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
2
|
|
3
|
|
13
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
1
|
3
|
|
|
Jumlah pilihhan
|
3
|
3
|
2
|
2
|
6
|
6
|
0
|
2
|
3
|
3
|
4
|
2
|
3
|
|
Jumlah skor
|
4
|
6
|
4
|
5
|
13
|
14
|
0
|
2
|
4
|
5
|
9
|
4
|
8
|
3. Membuat
sosiogram
Sosiogram dibuat
berdasarkan hasil tabulasi yang dibaut berdasarkan urutan pemilihan setiap
anggota kelompok kepada anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sosiogram
dibuat untuk mempermudah kita melihat arah hubungan, bentuk hubungan, dan
posisi peserta didik dalam kelompoknya apakah popular atau terisolir.
Untuk
membuat sosiogram dapat digunakan tiga teknik yaitu:
a) Sosiogram
teknik lingkaran
Keterangan:
= pilihan satu arah
= pilihan dua arah
= nomor siswa laki-laki
= nomor siswa perempuan
b) Sosiogram teknik lajur
6
|
||||||
5
|
||||||
4
|
||||||
3
|
||||||
2
|
||||||
1
|
||||||
0
|
c) Sosiogram
teknik bebas
4. Melakukan
analisis hasil sosiogram
1) Membuat
analisis hubungan sosial dari hasil sosiogram dan perolehan skor individu.
2) Menghitung
indeks pemilihan
Indeks pemilihan merupakan suatu angka yang
menunjukan tinggi rendahnya atau kuat lemahnya pemilihan terhadap diri
seseorang di dalam interaksi kelompoknya. Popluer dan terisolirnya sesorang
dalam kelompoknya dapat diketahui dari besar kecilnya status pemilihan.
Sedangkan penolakan seseorang di dalam kelompoknya dapat dilihat dari besarnya
indek penolakan.
Perhitungan status pemilih dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut :
Keterangan
:
N =
Jumlah Anggota dalam kelompok
= Indeks Status Pemilih Subjek ke – n
Indeks Pm = 0 berarti tidak ada yang memilih
(terisolasi)
Indeks Pm = 1 berarti semua anggota memilih
(populer)
Indeks pemilihan
bergerak dari 0 sampai 1
3) Menginterprestasi
hasil sosiometri
Setelah data pada angket sosiometri ditabulasi,
kemudian disajikan dalam bentuk sosiogram. Hal-hal yang dapat ditemukan dalam
sosiogram :
a) Apakah
terdapat lebih banyak pilihan searah atau dua arah (saling memilih)
b) Apakah
terdapat banyak pilihan antara peserta didik ataukah hanya sedikit
c) Apakah
terdapat kelompok yang cendrung bersifat tertutup karena banyak terdapat saling
memilih sebagai pilihan pertama dan kedua
d) Apakah
ada peserta didik yang tidak mendapat ppilihan sama sekali (terisolir) atau
hanya sedikit pilihan, apalagi pilihan ketiga saja (terabaikan).
e) Apakah
ada peserta didik yang mendapatkan banyak pilihan, apalagi sebagai pilihan
pertama. Subjek ini dapat dianggap populer dalam kelompok teman, tetapi hanya
dalam rangka kegiatan yangmenjadi kriterium.
Menurut
Moreno, seorang ahli ilmu jiwa sosial, terdapat tiga periode dalam
mengembangkan kelompok sosial :
a) Periode
awal sosialisasi, periode ini dilewati anak sampai dengan usia 9 tahun,
ciri-cirinya adalah ditemui banyknnya individu yang terisolir, karena pada usia
ini berpusat pada dirinya sendiri; sedikit dijumpai hubungan yang saling
memilih; dan kurang stabil.
b) Periodde
sosialisi I, di lalui oleh anak usia 9-14 tahun, dengan ciri-ciri : ada
kecendrungan untuk membentuk kelompok-kelompok kecil diantara mereka, biasanya
kelompok ini berdiri sendiri; umumnya terlihat ada kegiatan yang kooperatif
untuk mencapai tujuan tertentu; kelompok-kelompok kecil yang ada biasanya
terdiri dari 1 jenis kelamin.
c) Periode
sosialisasi II, di lalui anak pada usia 14 tahun ke atas, dengan ciri-ciri:
sudah ada pembauran antara anak laki-laki dan perempuan; ada peningkatan dalam
kompleksitas struktur sosial; jumlah anak yang terisolir relatif meningkat
dibanding periode sebelumnya karena meningkatnya tuntutan kelompok tertentu
semakin kompleks, dan intensitas hubungan semakin dalam.
H.
Kelebihan
dan kekurangan
Penggunaan sosiometri memiliki
beberapa kelebihan bila dibandingkan metode asesmen lain yaitu dengan
menggunakan sosiometri konselor memiliki peluang untuk memahami bentuk hubungan
sosial yang terjadi diantara peserta didik yang dibimbingnya dengan melihat
bagaimana frekuensi hubungan yang terjadi, bagaimana intensitas atau kedalaman hubungan yang terjadi, bagaimana
posisi popularitas peserta didik dalam kelompoknya, maupun bagaimana posisi
peserta didik yang terisolasi.
Dengan memanfaatkan hasil
sosiometri, konselor memiliki peluang untuk melakukan beberapa proses
bimbingan untuk memperbaiki hubungan
peserta didik dalam kelompoknya antara lain dalam upaya untuk ; (a) memperbaiki
struktur hubungan sosial kelompok; (b) memperbaiki penyesuaian sosial individu,
(c) mempelajari akibat proses pendidikan di sekolah terhadap hubungan sosial
peserta didik; (d) mempelajari mutu kepemimpinan dalam berbagai situasi; dan
(e) menemukan norma pergaulan antara peserta didik yang didinginkan dalam
kelompok, dsb.
Kelemahan penggunaan sosiometri ;
(a) hanya dapat diterapkan pada kelompok peserta didik yang sudah saling
mengenal dalam waktu yang cukup lama, (b) akurasi data penggunaan sosiometri
yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan oleh kemampuan guru BK dalam menyusun
angket sosiometri, (c) peserta didik tidak mudah menetapkan pilihan teman,
menetapkan intensitas hubungan yang selama ini terjadi, maupun saat menetap
kriteria pribadi/sifat-sifat anggota kelompok dikelasnya.
I.
Peran
dan fungsi guru BK
1.
Perencana
Yaitu, mulai dari
menetapkan tujuan pelaksanaan asesmen, pembuatan angket sosiometri, menetapkan
peserta didik sebagai saran asesmen, dan membuat satuan layanan asesmen
sosiometri.
2.
Pelaksana
Memberikan verbal
setting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data), memandu peserta
didik dalam cara mengerjakan sehingga dapat dipastikan seluruh peserta didik
mengisi dengan benar.
3. Melakukan
pengolahan mulai dari membuat tabulasi, sosiogram, dan menghitung indeks
pemilihan, hingga melakukan analisis hasil, dan
4. Melakukan
tindak lanjut dari hasil asesmen dengan membuat program layanan bimbingan dan
konseling yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.
H. Skala
1.
Pengetian
Skala
pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga lat ukur tersebut
bila digunakan dalam pengukuran akan mengahasilkana data kuantitatif. A. Muri
Yusuf (2011:118) menjelaskan tentang skala bertingkat yang menggambarkan suatu
nilai tentang suatu objek assesmen berdasarkan pertimbangan.
2.
Macam-macam
Skala
a. Skala nominal
Adalah skala yang semata-mata hanya untuk
memberikan indeks, atau nama saja dan tidak mempunyai makna yang lain. Contoh:
Data
|
Kode (a)
|
Kode (b)
|
Yuni
|
1
|
4
|
Desi
|
2
|
2
|
Ika
|
3
|
3
|
Astuti
|
4
|
1
|
Keterangan: Kode 1 sampai dengan 4 (a) semata-mata
hanyalah untuk memberi tanda saja, dan tidak dapat dipergunakan sebagai
perbandingan antara satu data dengan data yang lain. Kode tersebut dapat saling
ditukarkan sesuai dengan keinginan peneliti (menjadi alternatif b) tanpa
mempengaruhi apa pun.
b. Skala ordinal
Adalah skala ranking, di mana kode yang
diberikan memberikan urutan tertentu pada data, tetapi tidak menunjukkan
selisih yang sama dan tidak ada nol mutlak. Contoh:
Data
|
Skala Kecantikan (a)
|
Skala Kecantikan (b)
|
Yuni
|
4
|
10
|
Desi
|
3
|
6
|
Ika
|
2
|
5
|
Astuti
|
1
|
1
|
Skala kecantikan (a) di atas menunjukkan bahwa Yuni
paling cantik (dengan skor tertinggi 4), dan Astuti yang paling tidak cantik
dengan skor terendah (1). Akan tetapi, tidak dapat dikatakan bahwa Yuni adalah
4 kali lebih cantik dari pada Astuti. Skor yang lebih tinggi hanya menunjukkan
skala pengukuran yang lebih tinggi, tetapi tidak dapat menunjukkan kelipatan.
Selain itu, selisih kecantikan antara Yuni dan Desi tidak sama dengan selisih
kecantikan antara Desi dan Ika meskipun keduanya mempunyai selisih yang sama
(1). Skala kecantikan pada (a) dapat diganti dengan skala kecantikan (b) tanpa
mempengaruhi hasil penelitian.
c. Skala nominal dan skala ordinal biasanya mempergunakan analisis statistik non
parametrik, contoh: Korelasi Kendall, Korelasi Rank Spearman, Chi Square dan
lain-lain.
d. Skala interval
Skala pengukuran yang mempunyai selisih sama antara
satu pengukuran dengan pengukuran yang lain, tetapi tidak memiliki nilai nol
mutlak. Contoh:
Data
|
Nilai Mata Kuliah (a)
|
Skor Nilai Mata Kuliah
(b)
|
Yuni
|
A
|
4
|
Desi
|
B
|
3
|
Ika
|
C
|
2
|
Astuti
|
D
|
1
|
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai A setara dengan
4, B setara dengan 3, C setara dengan 2 dan D setara dengan 1. Selisih antara
nilai A dan B adalah sama dengan selisih antara B dan C dan juga sama persis
dengan selisih antara nilai C dan D. Akan tetapi, tidak boleh dikatakan bahwa
Yuni adalah empat kali lebih pintar dibandingkan Astuti, atau Ika dua kali
lebih pintas dari pada Astuti. Meskipun selisihnya sama, tetapi tidak mempunyai
nilai nol mutlak.
e. Skala rasio
Adalah skala pengukuran yang paling tinggi
di mana selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunyai nilai nol mutlak.
Contoh:
Data
|
Tinggi Badan
|
Berat badan
|
Yuni
|
170
|
60
|
Desi
|
160
|
50
|
Ika
|
150
|
40
|
Astuti
|
140
|
30
|
Tabel di atas adalah menggunakan skala rasio, artinya
setiap satuan pengukuran mempunyai satuan yang sama dan mampu mencerminkan
kelipatan antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain. Sebagai contoh;
Yuni mempunyai berat badan dua kali lipat berat Astuti, atau, Desi mempunyai
tinggi 14,29% lebih tinggi dari pada Astuti.
3.
Model
Skala
a.
Skala
Likert
digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Contoh :.
Preferensi
1.Sangat Setuju
1.Sangat Setuju
2.Setuju
3.Ragu-ragu
4.Tidak Setuju
3.Ragu-ragu
4.Tidak Setuju
5.Sangat Tdk Setuju
Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok
orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian.
Dengan skala Likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen
yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif)
bersifat bersifat unfavorable (negatif).
Jawaban setiap item
instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negative. Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai
berikut:
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik (1) Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik (1) Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).
Contoh :
No.
|
Pernyataan
|
Jawaban
|
||||
SS
|
S
|
RR
|
TS
|
STS
|
||
1
|
Kita harus menjaga kebersihan
|
X
|
||||
2
|
Kita harus mematuhi peraturan
|
X
|
||||
3
|
…………………………………
|
SS = Sangat Setuju
TS = Tidak Setuju
S =
Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
RR = Ragu-Ragu
b. SKALA GUTTMAN
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat
jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak,
positf atau negatif, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data
interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert
terdapat interval 1,2,3,4,5 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat
tidak setuju”, maka dalam skala Gutmann hanya ada dua interval yaitu “setuju
atau tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang di tanyakan.
Contoh :
Apakah anda setuju dengan
kenaikan harga BBM ?
a.
Setuju
b. tidak setuju
c. SKALA THURSTONE
Skala Thurstone adalah skala yang
disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir
memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai yang
berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50) pernyataan
yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli (20-40)
orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk yang hendak
diukur.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.
Nilai 1 pada skala di atas
menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan.
Contoh : minat siswa terhadap
pelajaran kimia,
No.
|
Pernyataan
|
Jawaban
|
||||||
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1
|
Saya senang belajar kimia
|
|||||||
2
|
Pelajaran kimia bermanfaat
|
|||||||
3
|
Saya berusaha hadir tiap pelajaran kimia
|
|||||||
4
|
Saya berusahan memiliki buku pelajaran kimia
|
Contoh lain : Angket yang
disajikan menggunakan skala thurstone
Petunjuk : Pilihlah 5(lima) buah
pernyataan yang paling sesuai dengan sikap anda terhadap pelajaran matematika,
dengan cara membubuhkan tanda cek (v) di depan nomor pernyataan di dalam tanda
kurung.
(
) 1. Saya senang belajar matematika
(
) 2. Matematika adalah segalanya buat saya
(
) 3. Jika ada pelajaran kosong, saya lebih suka belajar matematika
(
) 4. Belajar matematika menumbuhkan sikap kritis dan kreatif
(
) 5. Saya merasa pasrah terhadap ketidak-berhasilan saya dalam matematika
(
) 6. Penguasaan matematika akan sangat membantu dalam mempelajari bidang
studi lain
(
) 7. Saya selalu ingin meningkatkan pengetahuan & kemampuan saya
dalam matematika
(
) 8. Pelajaran matematika sangat menjemukan
(
) 9. Saya merasa terasing jika ada teman membicarakan matematika
d. SEMANTIK DIFERENSIAL
Skala diferensial yaitu skala
untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist,
tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif
terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negative terletak
dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran
dengan skala semantic differential adalah data interval. Skala bentuk ini
biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang
dimiliki seseorang.
Contoh : Penggunaan skala
Semantik Diferensial mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Demokrasi
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Otoriter
|
Bertanggung
Jawab
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Tidak
Bertanggung Jawab
|
Memberi
Kepercayaan
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Mendominasi
|
Menghargai
Bawahan
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Tidak
Menghargai Bawahan
|
Keputusan
Diambil Bersama
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Keputusan
Diambil Sendiri
|
Contoh lain : Penilaian pelajaran
kimia
Menyenangkan
!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Membosankan
Sulit
!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!
Mudah
Bermanfaat
!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Sia-Sia
Menantang
!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Menjemukan
e.
Bertingkat
(Rating Scale)
Rating atau skala bertingkat adalah
suatu ukuran subyaktif yang dibuat bersekala. Walaupun skala bertingkat ini
menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu
tentang program atau orang. Intrumen ini depat dengan mudah menberikan gambaran
penampilan, terutama panampilan didalam orang menjalankan tugas, yang menjukan
frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalam menyusun skala, yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan
harus apa yang dapat diamati responden. Skala bertingkat atau juga
menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angka diberikan secara
bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka
tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap
angka yang lain. Teknik
ini merupakan salah satu bentuk diantara model skala yang sering digunakan
dalam assesmen pendidikan. Skala bertingkat ini menggambarkan suatu nilai
tentang suatu objek assesmen berdasarkan pertimbangkan (judgment).
Skala bertingkat
dapat digunakan sebagai pedoman observasi. Skala bertingkat merupakan sebuah
daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap yang dijabarkan dalam bentuk
skala. Dalam skala bertingkat, aspek-aspek yang diobservasi dijabarkan dalam
bentuk alternatif-alternatif yang masing-masing memiliki nilai (skor)
berlainan. Misalnya ketika guru BK mengobservasi siswa suka mengganggu teman
lain dalam belajar, alternatif yang yang diobservasi dijabarkan dalam skala:
tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering,
dan sangat sering, yang sesuai dengan kegiatan yang diobservasi.
Ada dua jenis skala bertingkat yaitu
sebagai berikut:
a.
Skala angka
Skala
angka ialah apabila skor yang diberikan seseorang tentang keadaan objek asesmen
dapat dilambangkan dengan angka.
Umpama:
Peserta
didik yang membuat PR
1. Tidak
pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Seringkali
5. Selalu
hadir
b.
Skala grafik
Skala
bertingkat dalam bentuk grafik banyak digunakan orang karena dapat mengurangi
kesalahan-kesalahan atau “bias” dalam mengisinya. Skala bentuk ini dapat
digambarkan dalam suatu garis dengan jarak yang sama dari yang rendah kepada
yang tinggi.
Pekerjaan Rumah
1 2 3 4 5
Selalu
siap
|
Sering
kali siap
|
Kadang-kadang
siap
|
Sering
tak siap
|
Selalu
tidak siap pada waktunya
|
Kehadiran di sekolah
1 2 3 4 5
Selalu
hadir
|
|
Beberapa
kali hadir
|
|
Sering
kali absen
|
KEPUSTAKAAN
A.Muri Yusuf. 2011. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia Informasi dan Kegiatan
Pengendalian Mutu Pendidikan.
A. Muri Yusuf. 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. UNP:Press
Gantina Komala sari & Eka wahyuni.
2011. Asesmen Teknik NonTes dalam Perspektif BK. Jakarta: PT indeks.
Tohirin. 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integritas).
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Wayan Nurkancana. 1993. Pemahaman Individu. Surabaya: Usaha
Nasional.
W.S. Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
TUGAS
PENGUKURAN DAN
PENILAIAN BK
(Sosiometri)
Dosen Mata Kuliah :
1.
Prof.
A. Muri Yusuf, M. Pd
2.
Dr. Daharnis, M. Pd, Kons
3.
Dr. Riska Ahmad, M. Pd, Kons
Oleh :
Puji Gusri Handayani
PROGRAM PASCA SARJANA
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar