Sabtu, 15 Februari 2014

Sosiometri

SOSIOMETRI

A.    Pengertian dan sejarah Sosiometri
Menurut Gantina Komala Sari, sosiometri merupakan metode pengumpulan data tentang pola struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok. Sosiometri merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan yang ada diantara anggota dalam satu kelompok. Menurut Tohirin (2009:231) sosiometri merupakan alat (instrumen) untuk mengumpulkan data tentang hubungan-hubungan sosial dan tingkah laku sosial siswa. Menurut W.S. Winkel (1997:293) sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10–50 orang), berdasarkan preferensi antara anggota kelompok satu sama lain.
Mula-mula dikembangkan oleh Moreno dan Jenning (1934). Metode ini di dasarkan pada pemikiran bahwa kelompok mempunyai struktur yang terdiri dari hubungan-hubungan interpersonal yang kompleks. Posisi setiap individu dan hubungan-hubungan yang terjadi dalam struktur kelompoknya dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil pengolahan sosiometri akan diperoleh gambaran jumlah skor yang diperoleh setiap orang, pola hubungan, dan posisi peserta didik dalam kelompok.
B.     Bentuk-Bentuk Hubungan dalam sosiometri
1)      Hubungan sosial segitiga menggambarkan intensitas hubungan tiga orang individu
2)      Hubungan sosial terpusat, menggambarkan tingakat popularitas seorang individu dalam kelompok
3)      Hubungan sosial Intim, menggambarkan hubungan beberapa orang yang saling memilih satu dengan yang lain dengan intensitas hubungan yang kuat
4)      Hubungan sosial berbentuk jala, menggambarkan pola yang bersifat menyeluruh di mana setiap anggota saling berelasi. Bentuk hubungan ini memiliki intensitsa yang kuat, seluruh kelompok sebagai satu kesatuan yang sukar untuk dipisahkan dan ketidakhadiran seseorang dalam kelompok tidak akan menyebabkan perpecahan atau kerapuhan suatu kelompok.
5)      Hubungan berbentuk rantai. Menggambarkan pola hubungan searah atau sepihak dan tidak menyeluruh. Intensitas hubungannya rendah, sehingga relasi kelompok mudah rapuh.


C.    Tipe-tipe Sosiometri
1)      Nominatif
Pada tipe ini kepada setiap individu dalam kelompok ditanyakan, siapa-siapa kawan yang disenangi/tidak disenangi untuk diajak melakukan sesuatu aktivitas tertentu. Pilihan harus ditulis berurutan dari pihak pertama (paling disenangi), pilihan kedua, ketiga, dst. Pilihan pertama diberi skor 3, pilihan kedua diberi skor 2, dan ketiga di beri skor 1.
Contoh angket sosiometri bentuk nominatif, bentuk pertanyaannya :
a)      Siapa teman yang sesuai untuk bekerja sama
b)      Siapa kawan terbaik
c)      Siapa teman yang disukai untuk kerja kelompok
d)     Kepada siapa anda berbagi dalam kesukaran? Apa alasannya
e)      Teman yang paling tepat untuk menjadi ketua kelas adalah?alasannya?
Hasil penggunaan angket nominati diperoleh data sebagai berikut :
(1)   Luas tidaknya hubungan sosial seseorang berdasarkan sedikit banyaknya mendapat pilihan dari teman-temannya.
(2)   Intensitas hubungan seseorang berdasarkan nomor urutan pilihan yang ditujukan padanya
(3)   Struktur hubungan yang terjadi dalam kelompok (sosiogram)
(4)   Status hubungan (analisis indeks) pemilihan, penolakan, atau status pemilihan dan penolakan
2)      Skala Bertingkat
Pada tipe skala bertingkat, disediakan sejumlah pertanyaan yang disusun bertingkat, dari pernyataan yang menyatakan  hubungan paling dekat, sampai hubungan paling jauh. Pada setiap pernyataan inidividu diminta menuliskan nama salah seorang temannya, sesuai dengan jarak hubungannya. Pilihan pertama diberi skor 2, kedua skor 1, ketiga skor 0, keempat skor -1, kelima skor -2. Hasilnya diperoleh gambaran status hubungan sosial setiap individu.
Contoh pertanyaan sosiometri skala bertingkat :
(a)    Saya sangat senang bersama dan salaing membantu dengan.....
(b)   Saya menyenangi kerja sama dan bercakap-cakap dengan.....
(c)    Saya dapat bergaul dan bersama dalam kegiatan sekolah dengan.....
(d)   Saya tidak begitu akrab dengan..................
(e)    Saya tidak senang dengan........
3)      Siapa Dia
Tipe sosiometri siapa dia, disediakan pertanyaan tentang sifat-sifat individu. Sebagian pernyataan mengungkapkan sifat positif dan sebagian negatif. Setiap anggota diminta memeilih kawannya yang memiliki sifat yang cocok dengan pernyataan tersebut. Setiap individu dapat memilih lebih dari satu orang. Pilihan item (+) mendapat skor 1, item (-) mendapat skor -1.
Contoh pertanyaan sosiometri siapa dia :
(a)    Teman yang hampir tidak pernah marah adalah..........
(b)   Teman yang sering murung adalah......
(c)    Teman yang dapat bekerjasama adalah....
(d)   Teman yang periang adalah....
(e)    Teman yang angkuh adalah....
(f)    Teman yang dapat dipercaya berbagi masalah adalah....
(g)   Teman yang mudah bergaul adalah.....

D.    Ciri-ciri Penggunaan Sosiometri

Menurut W.S. Winkel (1997:294) ciri khas penggunaan angket sosiometri atau tes sosiometri, yang terikat pada situasi pergaulan sosial tertentu adalah:
1.      Dijelaskan kepada siswa yang tergabung dalam suatu kelompok, misalnya satuan
kelas, bahwa akan dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil ( 4-6 orang ) dalam
rangka mengadakan kegiatan tertentu, seperti belajar kelompok dalam kelas,
rekreasi bersama ke pantai, dsb. Kegiatan tertentu itu merupakan situasi pergaulan
sosial ( criterion ) yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan.
2.      Setiap siswa diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan nama beberapa teman di dalam kelompok, dengan siapa dia ingin dan lebih suka melakukan kegiatan itu.
3.      Setiap siswa dalam kelompok menangkap dengan jelas kegiatan apa yang
dimaksud, dan mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi semua.
4.      Pilihan-pilihan dinyatakan secara rahasia dan hasil keseluruhan pemilihan juga dirahasiakan. Hal ini mencegah timbulnya rasa tidak enak pada siswa, yang tidak suka pilihannya diketahui umum atau akan mengetahui bahwa ia tidak dipilih. Ciri kerahasiaan juga memungkinkan bahwa dibentuk kelompok-kelompok kecil yang tidak seluruhnya sesuai dengan pilihan-pilihan siswa.
5.      Biasanya siswa diminta untuk menyatakan siapa yang mereka pilih, bukan siapa yang tidak mereka pilih dalam urutan tidak begitu disukai, kurang disukai, tidak disukai, sama sekali tidak disukai. menyatakan pilihan yang negatif mudah dirasakan sebagai beban psikologis.
6.      Tenaga kependidikan yang dapat menerapkan tes sosiometri adalah guru bidang studi, wali kelas, dan guru bimbingan dan konseling, tergantung dari kegiatan yang akan dilakukan.

E.     Langkah penyusunan angket sosiometri
1.      Menetapkan tujuan penggunaan angket sosiometri merupakan langkah awal yang penting dilakukan guru pembimbing agar dapat menetapkan tipe angket sosiometri apa yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
2.      Menyususn angket sosiometri sesuai dengan pilihan tipe yang ditetapkan sesuai tujuan pelaksanaan asesmen.
Hal penting dalam menyususn angket adalah merumuskan pertanyaan atau pernyataan yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Apabila memilih angket sosiometri nominatif, maka guru BK menetapkan pernyataan sesuai dengan data apa yang akan dikumpulkan dari peserta didik.

F.     Langkah pengadministrasian
1.      Persiapan
a.       Menentukan kelompok peserta diddik yang akan diukur
b.      Mempersiapkan angket sosiometri sesuai tujuan
c.       Membuat satuan layanan asesmen
2.      Pelaksanaan
a.       Memberikan verbal setting ( menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data)
b.      Membagi angket sosiometri
c.       Menjelaskan cara mengerjakannya
d.      Memeriksa apakah sudah benar mengisinya
e.       Mengumpulkan kemabali angket setelah selesai
3.      Pengolahan dan analisis data
a.       Memeriksa kelengkapan hasil angket
b.      Membuat tabulasi hasil menghitung skor yang diperoleh setiap individu
c.       Membuat sosiogram berdasarkan hasil tabulasi skor
d.      Menghitung indeks pemilihan
e.       Membuat analisis hubungan sosial dari hasil sosiogram dan perolehan skor individu.

G.    Langkah pengolahan dan analisis
1.      Memeriksa kelengkapan hasil angket
Konselor melakukan pengecekan pada angket yang telah diisi peserta didik untuk melihat kelengkapan data pribadi dan kelengkapan jawaban yang dibuat setiap peserta didik, sehingga datanya memiliki kelayakan untuk diolah dan dianalis.
2.      Membuat tabulasi hasil dan menghitung skor yang diperoleh
a.       Setiap individu, dengan cara memberi bobot pada setiap jawaban yang dibuat peserta didik. Lalu membuat tabulasinya.
b.       
Yang dipilih

Pemilih
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1


 1








2




 3


 1




3
 2




 3


 1




4

 1


 2







5

 2

 3

 1







6
 1

 3
 2









7
 1



 2
 3







8

 3


 2



 1




9




 1
 2




 3


10







 1


 3

 2
11









 2

 1
 3
12









 1
 2

 3
13









 2
 1
 3

Jumlah pilihhan
 3
 6
 6
 0
  3 
 4
 2
 3
Jumlah skor
 4
 6
 4
 13
 14
 0
 2
 4
 5
 9
 4
 8



3.      Membuat sosiogram
Sosiogram dibuat berdasarkan hasil tabulasi yang dibaut berdasarkan urutan pemilihan setiap anggota kelompok kepada anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sosiogram dibuat untuk mempermudah kita melihat arah hubungan, bentuk hubungan, dan posisi peserta didik dalam kelompoknya apakah popular atau terisolir.
Untuk membuat sosiogram dapat digunakan tiga teknik yaitu:
a)      Sosiogram teknik lingkaran
 


















Keterangan:
      = pilihan satu arah
      = pilihan dua arah
= nomor siswa laki-laki
= nomor siswa perempuan






b)      Oval: 5Oval: 6Sosiogram teknik lajur
6
5
Oval: 2
11
 
4
9
 
Oval: 4
13
 
10
 
Oval: 3Oval: 13
12
 
8
 
2
1
Oval: 70

c)      Sosiogram teknik bebas
 
















4.      Melakukan analisis hasil sosiogram
1)      Membuat analisis hubungan sosial dari hasil sosiogram dan perolehan skor individu.
2)      Menghitung indeks pemilihan
Indeks pemilihan merupakan suatu angka yang menunjukan tinggi rendahnya atau kuat lemahnya pemilihan terhadap diri seseorang di dalam interaksi kelompoknya. Popluer dan terisolirnya sesorang dalam kelompoknya dapat diketahui dari besar kecilnya status pemilihan. Sedangkan penolakan seseorang di dalam kelompoknya dapat dilihat dari besarnya indek penolakan.
Perhitungan status pemilih dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
            Keterangan :
                        N                                 = Jumlah Anggota dalam kelompok
                                        = Indeks Status Pemilih Subjek ke – n
                        Indeks Pm       = 0 berarti tidak ada yang memilih (terisolasi)
                        Indeks Pm       = 1 berarti semua anggota memilih (populer)
                        Indeks pemilihan bergerak dari 0 sampai 1
3)      Menginterprestasi hasil sosiometri
Setelah data pada angket sosiometri ditabulasi, kemudian disajikan dalam bentuk sosiogram. Hal-hal yang dapat ditemukan dalam sosiogram :
a)      Apakah terdapat lebih banyak pilihan searah atau dua arah (saling memilih)
b)      Apakah terdapat banyak pilihan antara peserta didik ataukah hanya sedikit
c)      Apakah terdapat kelompok yang cendrung bersifat tertutup karena banyak terdapat saling memilih sebagai pilihan pertama dan kedua
d)     Apakah ada peserta didik yang tidak mendapat ppilihan sama sekali (terisolir) atau hanya sedikit pilihan, apalagi pilihan ketiga saja (terabaikan).
e)      Apakah ada peserta didik yang mendapatkan banyak pilihan, apalagi sebagai pilihan pertama. Subjek ini dapat dianggap populer dalam kelompok teman, tetapi hanya dalam rangka kegiatan yangmenjadi kriterium.
Menurut Moreno, seorang ahli ilmu jiwa sosial, terdapat tiga periode dalam mengembangkan kelompok sosial :
a)      Periode awal sosialisasi, periode ini dilewati anak sampai dengan usia 9 tahun, ciri-cirinya adalah ditemui banyknnya individu yang terisolir, karena pada usia ini berpusat pada dirinya sendiri; sedikit dijumpai hubungan yang saling memilih; dan kurang stabil.
b)      Periodde sosialisi I, di lalui oleh anak usia 9-14 tahun, dengan ciri-ciri : ada kecendrungan untuk membentuk kelompok-kelompok kecil diantara mereka, biasanya kelompok ini berdiri sendiri; umumnya terlihat ada kegiatan yang kooperatif untuk mencapai tujuan tertentu; kelompok-kelompok kecil yang ada biasanya terdiri dari 1 jenis kelamin.

c)      Periode sosialisasi II, di lalui anak pada usia 14 tahun ke atas, dengan ciri-ciri: sudah ada pembauran antara anak laki-laki dan perempuan; ada peningkatan dalam kompleksitas struktur sosial; jumlah anak yang terisolir relatif meningkat dibanding periode sebelumnya karena meningkatnya tuntutan kelompok tertentu semakin kompleks, dan intensitas hubungan semakin dalam.
H.    Kelebihan dan kekurangan
Penggunaan sosiometri memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan metode asesmen lain yaitu dengan menggunakan sosiometri konselor memiliki peluang untuk memahami bentuk hubungan sosial yang terjadi diantara peserta didik yang dibimbingnya dengan melihat bagaimana frekuensi hubungan yang terjadi, bagaimana intensitas atau  kedalaman hubungan yang terjadi, bagaimana posisi popularitas peserta didik dalam kelompoknya, maupun bagaimana posisi peserta didik yang terisolasi.
Dengan memanfaatkan hasil sosiometri, konselor memiliki peluang untuk melakukan beberapa proses bimbingan  untuk memperbaiki hubungan peserta didik dalam kelompoknya antara lain dalam upaya untuk ; (a) memperbaiki struktur hubungan sosial kelompok; (b) memperbaiki penyesuaian sosial individu, (c) mempelajari akibat proses pendidikan di sekolah terhadap hubungan sosial peserta didik; (d) mempelajari mutu kepemimpinan dalam berbagai situasi; dan (e) menemukan norma pergaulan antara peserta didik yang didinginkan dalam kelompok, dsb.
Kelemahan penggunaan sosiometri ; (a) hanya dapat diterapkan pada kelompok peserta didik yang sudah saling mengenal dalam waktu yang cukup lama, (b) akurasi data penggunaan sosiometri yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan oleh kemampuan guru BK dalam menyusun angket sosiometri, (c) peserta didik tidak mudah menetapkan pilihan teman, menetapkan intensitas hubungan yang selama ini terjadi, maupun saat menetap kriteria pribadi/sifat-sifat anggota kelompok dikelasnya.

I.       Peran dan fungsi guru BK
1.      Perencana
Yaitu, mulai dari menetapkan tujuan pelaksanaan asesmen, pembuatan angket sosiometri, menetapkan peserta didik sebagai saran asesmen, dan membuat satuan layanan asesmen sosiometri.

2.      Pelaksana
Memberikan verbal setting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data), memandu peserta didik dalam cara mengerjakan sehingga dapat dipastikan seluruh peserta didik mengisi dengan benar.
3.      Melakukan pengolahan mulai dari membuat tabulasi, sosiogram, dan menghitung indeks pemilihan, hingga melakukan analisis hasil, dan
4.      Melakukan tindak lanjut dari hasil asesmen dengan membuat program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.

H.    Skala
1.      Pengetian
    Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga lat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan mengahasilkana data kuantitatif. A. Muri Yusuf (2011:118) menjelaskan tentang skala bertingkat yang menggambarkan suatu nilai tentang suatu objek assesmen berdasarkan pertimbangan.
2.      Macam-macam Skala
a.       Skala nominal
Adalah skala yang semata-mata hanya untuk memberikan indeks, atau nama saja dan tidak mempunyai makna yang lain. Contoh:
Data
Kode (a)
Kode (b)
Yuni
1
4
Desi
2
2
Ika
3
3
Astuti
4
1
Keterangan: Kode 1 sampai dengan 4 (a) semata-mata hanyalah untuk memberi tanda saja, dan tidak dapat dipergunakan sebagai perbandingan antara satu data dengan data yang lain. Kode tersebut dapat saling ditukarkan sesuai dengan keinginan peneliti (menjadi alternatif b) tanpa mempengaruhi apa pun.
b.       Skala ordinal
Adalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data, tetapi tidak menunjukkan selisih yang sama dan tidak ada nol mutlak. Contoh:
Data
Skala Kecantikan (a)
Skala Kecantikan (b)
Yuni
4
10
Desi
3
6
Ika
2
5
Astuti
1
1

Skala kecantikan (a) di atas menunjukkan bahwa Yuni paling cantik (dengan skor tertinggi 4), dan Astuti yang paling tidak cantik dengan skor terendah (1). Akan tetapi, tidak dapat dikatakan bahwa Yuni adalah 4 kali lebih cantik dari pada Astuti. Skor yang lebih tinggi hanya menunjukkan skala pengukuran yang lebih tinggi, tetapi tidak dapat menunjukkan kelipatan. Selain itu, selisih kecantikan antara Yuni dan Desi tidak sama dengan selisih kecantikan antara Desi dan Ika meskipun keduanya mempunyai selisih yang sama (1). Skala kecantikan pada (a) dapat diganti dengan skala kecantikan (b) tanpa mempengaruhi hasil penelitian.

c.       Skala nominal dan skala ordinal biasanya mempergunakan analisis statistik non parametrik, contoh: Korelasi Kendall, Korelasi Rank Spearman, Chi Square dan lain-lain.
d.       Skala interval
Skala pengukuran yang mempunyai selisih sama antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain, tetapi tidak memiliki nilai nol mutlak. Contoh:
Data
Nilai Mata Kuliah (a)
Skor Nilai Mata Kuliah (b)
Yuni
A
4
Desi
B
3
Ika
C
2
Astuti
D
1

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai A setara dengan 4, B setara dengan 3, C setara dengan 2 dan D setara dengan 1. Selisih antara nilai A dan B adalah sama dengan selisih antara B dan C dan juga sama persis dengan selisih antara nilai C dan D. Akan tetapi, tidak boleh dikatakan bahwa Yuni adalah empat kali lebih pintar dibandingkan Astuti, atau Ika dua kali lebih pintas dari pada Astuti. Meskipun selisihnya sama, tetapi tidak mempunyai nilai nol mutlak.
e.        Skala rasio
Adalah skala pengukuran yang paling tinggi di mana selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunyai nilai nol mutlak. Contoh:

Data
Tinggi Badan
Berat badan
Yuni
170
60
Desi
160
50
Ika
150
40
Astuti
140
30

Tabel di atas adalah menggunakan skala rasio, artinya setiap satuan pengukuran mempunyai satuan yang sama dan mampu mencerminkan kelipatan antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain. Sebagai contoh; Yuni mempunyai berat badan dua kali lipat berat Astuti, atau, Desi mempunyai tinggi 14,29% lebih tinggi dari pada Astuti.
3.      Model Skala
a.      Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Contoh :.
Preferensi 
1.Sangat Setuju
2.Setuju
3.Ragu-ragu
4.Tidak Setuju
5.Sangat Tdk Setuju
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif) bersifat bersifat unfavorable (negatif).
Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative. Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut:
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik (1) Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).
Contoh :
No.
Pernyataan
Jawaban
SS
S
RR
TS
STS
1
Kita harus menjaga kebersihan
X
2
Kita harus mematuhi peraturan
X
3
…………………………………
SS   = Sangat Setuju                                         TS   = Tidak Setuju
S     = Setuju                                                     STS = Sangat Tidak Setuju
RR  = Ragu-Ragu


b.      SKALA GUTTMAN
 Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positf atau negatif, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat interval 1,2,3,4,5 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka dalam skala Gutmann hanya ada dua interval yaitu “setuju atau tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang di tanyakan.
Contoh :
Apakah anda setuju dengan kenaikan harga BBM ?
a. Setuju                      b. tidak setuju

c.       SKALA THURSTONE
Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk yang hendak diukur.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.
download
Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan.
Contoh : minat siswa terhadap pelajaran kimia,
No.
Pernyataan
Jawaban
7
6
5
4
3
2
1
1
Saya senang belajar kimia
2
Pelajaran kimia bermanfaat
3
Saya berusaha hadir tiap pelajaran kimia
4
Saya berusahan memiliki buku pelajaran kimia
Contoh lain : Angket yang disajikan menggunakan skala thurstone
Petunjuk : Pilihlah 5(lima) buah pernyataan yang paling sesuai dengan sikap anda terhadap pelajaran matematika, dengan cara membubuhkan tanda cek (v) di depan nomor pernyataan di dalam tanda kurung.
(           )  1. Saya senang belajar matematika
(           )  2. Matematika adalah segalanya buat saya
(           )  3. Jika ada pelajaran kosong, saya lebih suka belajar matematika
(           )  4. Belajar matematika menumbuhkan sikap kritis dan kreatif
(           )  5. Saya merasa pasrah terhadap ketidak-berhasilan saya dalam matematika
(           )  6. Penguasaan matematika akan sangat membantu dalam mempelajari bidang studi lain
(           )  7. Saya selalu ingin meningkatkan pengetahuan & kemampuan saya dalam matematika
(           )  8. Pelajaran matematika sangat menjemukan
(           )  9. Saya merasa terasing jika ada teman membicarakan matematika

d.      SEMANTIK DIFERENSIAL
Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.
Contoh : Penggunaan skala Semantik Diferensial mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah.


Demokrasi
7
6
5
4
3
2
1
Otoriter
Bertanggung Jawab
7
6
5
4
3
2
1
Tidak Bertanggung Jawab
Memberi Kepercayaan
7
6
5
4
3
2
1
Mendominasi
Menghargai Bawahan
7
6
5
4
3
2
1
Tidak Menghargai Bawahan
Keputusan Diambil Bersama
7
6
5
4
3
2
1
Keputusan Diambil Sendiri
Contoh lain : Penilaian pelajaran kimia
Menyenangkan  !……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Membosankan
Sulit                  !……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Mudah
Bermanfaat        !……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Sia-Sia
Menantang         !……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..!……..! Menjemukan
e.       Bertingkat (Rating Scale)
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyaktif yang dibuat bersekala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini depat dengan mudah menberikan gambaran penampilan, terutama panampilan didalam orang menjalankan tugas, yang menjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden. Skala bertingkat atau juga menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angka diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain. Teknik ini merupakan salah satu bentuk diantara model skala yang sering digunakan dalam assesmen pendidikan. Skala bertingkat ini menggambarkan suatu nilai tentang suatu objek assesmen berdasarkan pertimbangkan (judgment).
Skala bertingkat dapat digunakan sebagai pedoman observasi. Skala bertingkat merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap yang dijabarkan dalam bentuk skala. Dalam skala bertingkat, aspek-aspek yang diobservasi dijabarkan dalam bentuk alternatif-alternatif yang masing-masing memiliki nilai (skor) berlainan. Misalnya ketika guru BK mengobservasi siswa suka mengganggu teman lain dalam belajar, alternatif yang yang diobservasi dijabarkan dalam skala: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering,  dan sangat sering, yang sesuai dengan kegiatan yang diobservasi.
Ada dua jenis skala bertingkat yaitu sebagai berikut:
a.       Skala angka
Skala angka ialah apabila skor yang diberikan seseorang tentang keadaan objek asesmen dapat dilambangkan dengan angka.
Umpama:
Peserta didik yang membuat PR
1.    Tidak pernah
2.    Jarang
3.    Kadang-kadang
4.    Seringkali
5.    Selalu hadir

b.      Skala grafik
Skala bertingkat dalam bentuk grafik banyak digunakan orang karena dapat mengurangi kesalahan-kesalahan atau “bias” dalam mengisinya. Skala bentuk ini dapat digambarkan dalam suatu garis dengan jarak yang sama dari yang rendah kepada yang tinggi.
           
           

Pekerjaan Rumah
1                      2                      3                      4                      5

Selalu siap
Sering kali siap
Kadang-kadang siap
Sering tak siap
Selalu tidak siap pada waktunya


Kehadiran di sekolah
1                      2                      3                      4                      5

Selalu hadir

Beberapa kali hadir

Sering kali absen

           












KEPUSTAKAAN

A.Muri Yusuf. 2011. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia Informasi dan Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan.
A. Muri Yusuf. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. UNP:Press
Gantina Komala sari & Eka wahyuni. 2011. Asesmen Teknik NonTes dalam Perspektif BK. Jakarta: PT indeks.
Tohirin. 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integritas). Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Wayan Nurkancana. 1993. Pemahaman Individu. Surabaya: Usaha Nasional.
W.S. Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.









TUGAS
PENGUKURAN DAN PENILAIAN BK
(Sosiometri)


Dosen Mata Kuliah :
1.      Prof.  A. Muri Yusuf, M. Pd
2.      Dr. Daharnis, M. Pd, Kons
3.      Dr. Riska Ahmad, M. Pd, Kons



 








Oleh :
Puji Gusri Handayani

PROGRAM PASCA SARJANA
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar