Saya tidak bisa menerka kapan purnama akan datang
Kapan mendung akan menyapa
Kapan kabut menjadi embun
Terkadang saya lengah dengan udara yang menyelip kaku
Tersandung dengan bunyian petir yang meronta
Dan tersentak dalam rayuan jangkrik
Tapi ketika ketika suara gemercik gerimis turun
Tersontak hati ini lansung bersimponi
Berlari menuju tangga nada hati
Memainkan dawai saraf hati
Yang kemudian perlahanan mencari siapa yang memetiknya
Tak peduli itu, masih terus berirama bahkan semakin
keras sehingga
Membuat pemeran utama mengerti bahwa “bahkan gerimispun
punya nyanyian dalam hati”.